Banyak yang mengatakan padaku bahwa aku tidak akan
pernah menjadi seseorang yang sukses, tentu saja mereka mengatakan itu padaku
dengan cukup beralasan, karena aku memang payah, pemalas, dan penakut, tidak
memiliki semangat hidup, bahkan aku tidak pernah mendapatkan prestasi apapun di
sekolah. Mereka lebih suka memanggilku dengan nama panggilan yang entah dari
mana nama itu berasal. Ya, mereka memanggilku ‘loser’ dan sering kali aku dengar, mereka memanggilku demikian
karena itu adalah plesetan namaku yang sebenarnya, Lucy ya namaku Lucy tetapi
meskipun begitu aku tak pernah menyukai kedua nama itu, aku pernah mendengar
mereka mengatakan bahwa namaku itu terlalu singkat, hanya berisi empat huruf
dan satu suku kata, el, u, ce, ye dan lagi lagi kreatifitas mereka tumbuh
dengan mengatakan, sepertinya usia dan prestasiku tak akan lebih panjang dari
namaku, huh apakah mereka adalah peramal ? beraninya mereka mengatakan hal
seperti itu tentang hidup orang lain. Baiklah lupakan, itu hanya sepenggal
kisah sialku saat aku masih berada di bangku sekolah, ya setidaknya aku bisa
sedikit bernafas lega setelah aku berhasil menyelesaikan pendidikan ku dan
keluar dari sekolah itu, 10 tahun berada di sebuah kota yang memang di
khususkan bagi para pelajar bahkan kami hanya diberikan kesempatan untuk pulang
kerumah setelah kami menyelesaikan evaluasi semester, huhff tidakkah para
orangtua dan pihak sekolah terlalu kejam ? dan lagi lagi aku ulangi, itu semua
sudah berlalu.
“Selamat,
anda di terima untuk mengikuti test penentuan jurusan di kampus kami. –M
University-“
karena hari ujian penentuan jurusan sudah semakin
dekat, aku yang sudah hampir satu bulan ini bermalas malasan dirumah dan hanya
melakukan pekerjaan rumah sebagai seorang gadis remaja yang beranjak dewasa
pada umumnya, akhirnya hari ini aku putuskan untuk pergi menuju perpustakaan
kota, aku harap suasana disana bisa sedikit membuat otakku yang tumpul ini
menjadi lebih baik, ‘maaf, aku tidak bisa
menemanimu. Aku ada janji penting’ huh teman ? dengan mengirimkan pesan singkat
seperti itu kau bilang kita adalah teman ? baiklah, setidaknya jika aku pergi
seorang diri, aku mungkin bisa sedikit lebih fokus membaca, ya pada akhirnya
aku memang harus pergi seorang diri. “Lose, Lucy ! hey, lama tidak melihatmu”
tegur seseorang saat aku sedang sibuk memandang kearah luar jendela ditengah
penuh sesak para penumpang subway di awal minggu pagi ini, “senior ? apa kabar
?” jawabku sedikit kaget, hei jangan kau pikir aku tidak mendengar bahwa kau
akan memanggilku dengan panggilan payah itu, “ternyata benar kau ? wah aku
dengar kau lulus tes masuk di kampus M ? apa aku tidak salah dengar ?” tanyanya
padaku, senyumnya terlihat tulus, ah mungkin takjub, mungkin juga tidak percaya
atau justru…menghinaku ? mengingat kampus M adalah 1 dari 5 kampus unggulan
yang sangat popular bagi calon mahasiswa sepertiku, “terima kasih, aku anggap
itu sebagai ucapan selamat, senang bertemu denganmu senior” jawabku berusaha
bersikap biasa, ya seperti biasa saat dulu aku melapangkan dadaku ketika semua
orang merendahkan aku, “yah, sepertinya kau memang belum berubah, satu tahun
sejak aku lulus dari sekolah itu, dan sampai sekarang kau masih tetap sama”
ucapnya lagi yang kini entah sedang melempar pandangannya kearah mana, “apa
maksudmu senior ?” tanyaku bingung, “hei, kau ingat hari itu ? saat pesta
kelulusan kami, kau melakukan kesalahan saat tampil solo dengan permainan
biolamu yang payah itu ?” ujarnya yang tiba tiba membuatku teringat akan
peristiwa memalukan satu tahun yang lalu, “ah itu …” aku tiba tiba teringat
sesuatu, “ya saat itu aku langsung naik keatas panggung dan mengambil gitar,
lalu aku memainkan nada yang berlawanan dengan yang kau mainkan, hha meskipun
aku merasa sedikit gila, tetapi setidaknya aku bisa membuat kau mendapatkan
tepuk tangan yang meriah” kenangnya panjang, ‘aish, apa lagi ini ? apakah ia ingin pamer atas bantuannya saat itu ?’
pikirku dengan menutupi kekesalanku, “hei, kau ingat, saat itu aku memintamu
untuk berhenti memanggilku senior, kau cukup panggil aku dengan namaku saja. Mike”
ujarnya lagi, oh ternyata itu maksudnya ? huh konyol, “ya, aku lupa, maafkan
aku senior” jawabku akhirnya, “hei panggil aku dengan panggilan yang benar”
perintahnya mengoreksi kalimatku, “ya, Mike” ucapku akhirnya, “lucu. Jika
seperti itu, kau terlihat sedikit manis” ujarnya tiba tiba tertawa, jujur aku berharap
subway yang aku naiki saat ini bisa melaju lebih capat lagi dan berhenti segera
di stasiun yang aku tuju, di dekat perpustakaan kota, aku sudah sangat tidak
nyaman berada disini lebih lama lagi, “apakah kau akan pergi ke perpustakaan ?
karena sebentar lagi subway ini akan berhenti di stasiun terakhir” tanyanya
setelah hening mengisi diantara kami berdua, “ah, perpustakaan ? ng, ya.
Maksudku…” jawabku ragu, “wah luar biasa, seseorang sepertimu akan datang
ketempat seperti itu ?” ujarnya terlebih pada dirinya sendiri, “apa kau bilang
?” tanyaku tidak yakin dengan pendengaranku, “jangan salah paham, maksudku
perpustakaan memang tempat yang sangat baik untuk kau kunjungi, datanglah
sesering mungkin, setidaknya anggaplah tempat itu sebagai taman bermain”
ucapnya kemudian, “taman bermain apa maksudmu ?” tanyaku tidak mengerti, “aku
pernah membaca seseorang menuliskan hal ini di internet, ‘menemukan seorang teman baru dalam hidup, sama artinya seperti aku
menemukan sebuah buku baru yang sangat menarik untukku baca’ –red #30891-
ya setidaknya hal itu menurutku juga akan berlaku untuk hal sebaliknya, jadi
anggaplah bahwa buku adalah teman barumu, kau mengerti ?” hm, aku tidak terlalu
mengerti dengan kata katanya itu, tapi setidaknya aku tahu bahwa dia berniat
baik kali ini, “siapa yang mengatakan hal membosankan seperti itu ? hah,
rasanya sangat sulit menjadikan buku sebagai teman” jawabku seadanya, “kau cari
saja di SNS, kalau tidak salah orang itu menggunakan hastag khusus untuk setiap
kalimatnya” jawab Mike sedikit mengingat, “huh, aku tidak terlalu suka dengan
hal seperti SNS, itu sangat menyebalkan, semua orang berakting seolah hidup
mereka sangat sempurna untuk diberitahukan kepada dunia, atau sebaliknya, hidup
mereka sangat terpuruk untuk mereka diskusikan di tempat yang seisi dunia bisa
melihatnya” jawabku lagi, “hei, kau ini, tidak semua orang didunia ini seperti
itu, setidaknya kau tidak boleh menilai seisi dunia hanya dengan satu sudut
pandangmu saja” jawab Mike yang kali ini terlihat semakin serius, aku tidak
memberikan tanggapan apapun kali ini, karena akhirnya pintu subway terbuka dan
sudah saatnya aku turun, bukan tapi lebih tepatnya kami, ya karena ini
pemberhentian terakhir, tanpa buang waktu aku melangkahkan kakiku sedikit lebih
cepat agar bisa segera lari darinya, ya setidaknya obrolan kami hari ini sudah
lebih dari cukup.
Sesampainya diperpustakaan, ternyata aku lupa membawa
ID pelajarku, setidaknya jika aku membawa ID itu, aku bisa leluasa memasuki
ruang perpustakaan khusus pelajar, bukan di ruangan kategori umum seperti
tempatku berada saat ini, yah entahlah kenapa keberuntungan selalu tidak
berpihak padaku, atau mungkin aku yang terlalu ceroboh ? bahkan untuk hal
sekecil ini pun aku tidak bisa melakukannya dengan baik, okelah tidak ada
salahnya sesekali melihat lihat diruang perpustakaan umum, lagi pula diruang
khusus pelajar mungkin aku hanya akan menemukan buku buku pelajaran seperti
yang sudah 10 tahun ini aku lihat, “Loser!” teriak sebuah suara saat aku baru
saja mendapatkan tempat duduk dengan beberapa buku ditanganku, oh Tuhan apa
lagi ini ? “ada bencana apa sehingga kau bisa pergi ketempat seperti ini ?”
Tanya orang itu padaku, “Audrey ?” tanyaku tak bisa menyembunyikan prasaan
kagetku, “hei, jangan panggil aku dengan nama itu, cukup panggil aku Drey”
jawabnya mengingatkan aku, hah tentu saja aku ingat, saat ia meminta seisi
sekolah memanggilnya seperti itu karena ada beberapa murid disekolah juga
memiliki nama yang sama dengan namanya, Audrey, “Drey, apa yang kau lakukan
disini ?” tanyaku akhirnya yang langsung aku sesali karena setidaknya
pertanyaan itu sudah pasti aku tahu jawabnya, “kau ini, apakah otakmu
sesederhana itu ? sudah jelas kita bertemu diperpustakaan, pastinya kau tahu yang
aku lakukan disini” jawabnya tersenyum, yah lagi lagi aku salah dan aku akui
itu, mungkin hal itulah yang membuat aku terlihat sangat pantas di panggil ‘loser’ dan terlihat membosankan,
“baiklah kalau begitu sepertinya aku memang tidak perlu menanyakan apapun”
jawabku akhirnya dan memutuskan untuk berpindah di tempat duduk lainnya,
“apakah kau marah padaku karena aku memanggilmu loser ? hei, jangan tersinggung, bukankah seisi sekolah juga
memanggilmu sepeti itu ?” tanyanya sedikit berteriak, yah karena itu
perpustakaan, aku merasa beruntung karena dia takkan mungkin bisa berteriak
sekeras yang ia mau, dan kalimatnya barusan, apakah perlu aku menjawabnya ? huh
aku rasa tidak, terima kasih.
Test penentuan jurusan akhirnya sudah didepan mata,
aku mengenakan mantel musim panas kesayanganku, mantel ini aku beli dengan uang
tabunganku sendiri beberapa bulan yang lalu sebelum akhirnya aku kembali
kerumah. Setelah pamit dengan seisi rumah, aku pergi menuju stasiun subway
menuju Universitas M. Yang ada dikepalaku kali ini bukanlah tentang bagaimana
test itu akan berlangsung nanti, tapi aku lebih mengkhawatirkan bagaimana jika
ada teman teman sekolahku yang juga mengikuti tes yang sama denganku hari ini.
Didalam subway aku membuka buku catatan kecilku, aku sengaja menuliskan
beberapa hal penting yang menurutku akan sangat aku butuhkan untuk ku ingat
jikalau nanti hal hal tersebut akan termasuk dalam daftar pertanyaan saat tes.
Pukul 2 siang, aku dan peserta tes lainnya baru keluar
dari ruangan ujian, hampir 3 jam lebih kami duduk dengan pikiran yang bercampur
namun tetap dengan tujuan yang sama, yaitu kami sama sama ingin mendapatkan
jurusan yang kami inginkan. Aku melangkahkan kakiku kedalam sebuah outlet
makanan ringan yang tak jauh dari gerbang keluar kampus tersebut dan membeli
beberapa potong roti untuk aku makan sebagai pengganti makan siang yang
tertunda, serta pengisi tenaga untuk otakku, karena tiga jam bukan waktu yang
singkat untukku menghabiskan waktu dan tenaga dengan berpikir, “hai, kita
bertemu lagi !” ujar seseorang menepuk pundaku, hampir saja aku memuntahkan
roti yang ada didalam mulutku karena aku terkejut, “Mike ?” tanyaku dengan
mulut yang dipenuhi roti, “kau ini, seorang gadis sepertimu tidak seharusnya
makan dengan cara seperti itu” ucapnya lalu memberikan sebotol soda padaku,
“terima kasih” jawabku menerima pemberiannya, “ikut aku” tariknya sedikit
memaksa.
Udara diakhir musim panas memang sedikit terasa
gersang meski langit tidak terlalu bercahaya, Mike membawaku kesebuah taman
yang berlokasi tidak jauh dari stasiun subway, tanpa berkata apapun, dia hanya
duduk dan memandangi kejauhan, aku tak ingin ambil pusing tentang hal itu,
hanya saja aku sedikit merasa aneh kenapa dia membawaku ketempat ini, “hey,
apakah kau tidak ingin menanyakan kenapa aku membawamu ketempat ini ?” ucapnya
akhirnya bersuara, sepertinya dia akhirnya ingat bahwa ada aku disini, “hmm…sepertinya
aku tidak perlu menanyakan pertanyaan itu, kau pasti akan menjelaskannya
sendiri senior”
“hei, panggil aku Mike. Sebutan seperti senior atau apapun itu, sebenarnya sedikit membebaniku”
“benarkah ? hm, tidak mungkin. Karena pada kenyataanya kau memang seniorku”
“ya ya ya, kau memang benar. Wah sepertinya kau berhasil berteman dengan buku buku diperpustakaan itu, hha”
“tentu saja tidak. Kau salah besar jika kau berfikir seperti itu Mike”
“benarkah ? hmm kalau begitu kau termasuk seseorang yang kurang beruntung, karena bahkan buku buku itu tidak mau menjadi temanmu”
“hm !?”
“hha, aku hanya bercanda. Kau harus sedikit menumbuhkan rasa humor didirimu agar hidupmu terasa sedikit lebih baik”
“hm aku tidak pernah berfikir bahwa memiliki selera humor itu penting”
“kau ini, setidaknya ketika kau mendapatkan sebuah masalah atau bertemu dengan hal yang menyebalkan, kau bisa sedikit menganggap itu adalah hal yang konyol yang tidak perlu kau anggap serius”
“ya, termasuk jika aku bertemu seseorang yang menyebalkan sepertimu ?”
“hei…huhff baiklah, aku akan memberi tahumu sesuatu kenapa aku membawamu kesini”
“apa ?”
“ini, ini adalah buku akhir tahun angkatanmu. Aku berani bertaruh bahwa kau tidak penah ingin melihatnya”
“bagaimana bisa kau memiliki buku ini ?”
“kau ingat saat pesta perpisahan angkatanmu ? entah benar atau tidak, aku melihatmu sengaja meninggalkannya saat kau membersihkan lokermu”
“kau ?”
“ya, aku ada disana saat itu, lebih tepatnya aku adalah satu dari beberapa perwakilan alumni pada acara itu”
“lalu, bagaimana kau bisa berada diruang loker ?”
“wah pertanyaan yang bagus! Baiklah anggap saja itu sebagai kebetulan”
“apa maksudmu dengan kebetulan ?”
“ya, hari itu aku memang sengaja mengikutimu, karena ada sesuatu yang ingin aku tanyakan. Tapi melihatmu sengaja meninggalkan buku ini, aku jadi mendadak melupakan tujuanku semula”
“baiklah, senior kau memang aneh. Ceritamu sulit untuk aku terima”
“ya suka atu tidak, tapi sebaiknya kau membuka buku ini”
“aku tidak merasa perlu melihat buku itu” tolakku segera, terlihat bahwa dia sedikit putus asa padaku, lalu akhirnya dia duduk bersila dari posisi duduknya semula yang bersandar pada pohon dibelakangnya, lalu memandangiku, “kau tahu siapa aku ?” tanyanya kemudian, “apa maksudmu senior ?” “hei, aku Mike !” jawabnya cepat, “aku adalah orang yang membuat seisi sekolah memanggilmu loser !” jawabnya dengan mata melotot tajam kearahku, tapi sayangnya aku tidak terkejut, atau takut mendengar kalimat itu, aku justru ingin tertawa mendengarnya, “heh kau sangat menggelikan, tidakkah kau berpikir bahwa kata katamu itu sangat kekanak kanakan ?” jawabku masih dengan tawaku yang tertahan, “sebenarnya, dulu saat aku baru saja memasuki tahun pertama disekolah itu, aku adalah seseorang yang payah, bahkan untuk masuk klub lari marathon pun aku gagal. Tapi saat tahun kedua, aku mendengar kabar bahwa ada seorang siswa semester pertama yang ternyata tidak lebih baik dariku, saat itulah aku berusaha untuk mengalahkanmu, ya setidaknya aku berpikir untuk menjadi nomor dua dari belakang setelahmu” ceritanya tanpa aku minta, “apakah kau serius dengan apa yang kau katakan ?” tanyaku mulai terbawa dengan kisahnya, “ya, tapi sayangnya aku justru bisa mendapatkan peringkat tiga besar pertama di angkatanku” ujarnya mengakhiri ceritanya dengan senyum kemenangan seolah dia merasakan bahwa saat itu terulang lagi, “apa maksudmu menceritakan hal ini padaku ? apakah kau ingin pamer bahwa kau bisa mengalahkan aku ?” tanyaku sedikit kesal dan tidak mengerti, “hei kau ini ! tidak bisakah kau sedikit berpikiran posistif ? aku menceritakan hal ini karena setidaknya aku pernah berada diposisimu, dan aku ingin kau juga bisa berhasil mengalahkan seseorang yang berada diposisi yang sama denganmu, kau mengerti maksudku ?” jelasnya panjang, “apakah kau ingin aku mengalahkan diriku sendiri saat ini ? karena sepertinya kali ini hanya aku yang berada diposisi ini” jawabku bertanya, “tidak. Tentu saja tidak, karena saat ini kau bukanlah seorang siswa sebuah sekolah, tapi kini kau adalah seorang mahasiswa, berusahalah untuk mengalahkan teman teman sekelasmu, karena setidaknya saat ini kalian berada di garis start yang sama. Jangan khawatir, aku akan membantumu” ucapnya lagi, “kenapa kau ingin membantuku ? apakah aku sangat terlihat menyedihkan ?”
“argh kau ini ! apakah kau masih tidak paham maksudku ? aku hanya tidak ingin kau terus terusan berkecil hati dan dipanggil dengan panggilan aneh itu, ah kau ini benar benar !”
“kenapa kau berteriak padaku ? lagi pula, jika aku seperti ini, itu sama sekali bukan urusanmu”
“kau, ah sudahlah aku pergi, percuma saja menjelaskan panjang lebar kepadamu, kau tidak akan mengerti” ucapnya akhirnya benar benar pergi meninggalkanku yang masih sangat bingung dengan semua kalimat dan ceritanya, bahkan dia tidak sedetikpun membalikkan badannya untuk melihatku.
“hei, panggil aku Mike. Sebutan seperti senior atau apapun itu, sebenarnya sedikit membebaniku”
“benarkah ? hm, tidak mungkin. Karena pada kenyataanya kau memang seniorku”
“ya ya ya, kau memang benar. Wah sepertinya kau berhasil berteman dengan buku buku diperpustakaan itu, hha”
“tentu saja tidak. Kau salah besar jika kau berfikir seperti itu Mike”
“benarkah ? hmm kalau begitu kau termasuk seseorang yang kurang beruntung, karena bahkan buku buku itu tidak mau menjadi temanmu”
“hm !?”
“hha, aku hanya bercanda. Kau harus sedikit menumbuhkan rasa humor didirimu agar hidupmu terasa sedikit lebih baik”
“hm aku tidak pernah berfikir bahwa memiliki selera humor itu penting”
“kau ini, setidaknya ketika kau mendapatkan sebuah masalah atau bertemu dengan hal yang menyebalkan, kau bisa sedikit menganggap itu adalah hal yang konyol yang tidak perlu kau anggap serius”
“ya, termasuk jika aku bertemu seseorang yang menyebalkan sepertimu ?”
“hei…huhff baiklah, aku akan memberi tahumu sesuatu kenapa aku membawamu kesini”
“apa ?”
“ini, ini adalah buku akhir tahun angkatanmu. Aku berani bertaruh bahwa kau tidak penah ingin melihatnya”
“bagaimana bisa kau memiliki buku ini ?”
“kau ingat saat pesta perpisahan angkatanmu ? entah benar atau tidak, aku melihatmu sengaja meninggalkannya saat kau membersihkan lokermu”
“kau ?”
“ya, aku ada disana saat itu, lebih tepatnya aku adalah satu dari beberapa perwakilan alumni pada acara itu”
“lalu, bagaimana kau bisa berada diruang loker ?”
“wah pertanyaan yang bagus! Baiklah anggap saja itu sebagai kebetulan”
“apa maksudmu dengan kebetulan ?”
“ya, hari itu aku memang sengaja mengikutimu, karena ada sesuatu yang ingin aku tanyakan. Tapi melihatmu sengaja meninggalkan buku ini, aku jadi mendadak melupakan tujuanku semula”
“baiklah, senior kau memang aneh. Ceritamu sulit untuk aku terima”
“ya suka atu tidak, tapi sebaiknya kau membuka buku ini”
“aku tidak merasa perlu melihat buku itu” tolakku segera, terlihat bahwa dia sedikit putus asa padaku, lalu akhirnya dia duduk bersila dari posisi duduknya semula yang bersandar pada pohon dibelakangnya, lalu memandangiku, “kau tahu siapa aku ?” tanyanya kemudian, “apa maksudmu senior ?” “hei, aku Mike !” jawabnya cepat, “aku adalah orang yang membuat seisi sekolah memanggilmu loser !” jawabnya dengan mata melotot tajam kearahku, tapi sayangnya aku tidak terkejut, atau takut mendengar kalimat itu, aku justru ingin tertawa mendengarnya, “heh kau sangat menggelikan, tidakkah kau berpikir bahwa kata katamu itu sangat kekanak kanakan ?” jawabku masih dengan tawaku yang tertahan, “sebenarnya, dulu saat aku baru saja memasuki tahun pertama disekolah itu, aku adalah seseorang yang payah, bahkan untuk masuk klub lari marathon pun aku gagal. Tapi saat tahun kedua, aku mendengar kabar bahwa ada seorang siswa semester pertama yang ternyata tidak lebih baik dariku, saat itulah aku berusaha untuk mengalahkanmu, ya setidaknya aku berpikir untuk menjadi nomor dua dari belakang setelahmu” ceritanya tanpa aku minta, “apakah kau serius dengan apa yang kau katakan ?” tanyaku mulai terbawa dengan kisahnya, “ya, tapi sayangnya aku justru bisa mendapatkan peringkat tiga besar pertama di angkatanku” ujarnya mengakhiri ceritanya dengan senyum kemenangan seolah dia merasakan bahwa saat itu terulang lagi, “apa maksudmu menceritakan hal ini padaku ? apakah kau ingin pamer bahwa kau bisa mengalahkan aku ?” tanyaku sedikit kesal dan tidak mengerti, “hei kau ini ! tidak bisakah kau sedikit berpikiran posistif ? aku menceritakan hal ini karena setidaknya aku pernah berada diposisimu, dan aku ingin kau juga bisa berhasil mengalahkan seseorang yang berada diposisi yang sama denganmu, kau mengerti maksudku ?” jelasnya panjang, “apakah kau ingin aku mengalahkan diriku sendiri saat ini ? karena sepertinya kali ini hanya aku yang berada diposisi ini” jawabku bertanya, “tidak. Tentu saja tidak, karena saat ini kau bukanlah seorang siswa sebuah sekolah, tapi kini kau adalah seorang mahasiswa, berusahalah untuk mengalahkan teman teman sekelasmu, karena setidaknya saat ini kalian berada di garis start yang sama. Jangan khawatir, aku akan membantumu” ucapnya lagi, “kenapa kau ingin membantuku ? apakah aku sangat terlihat menyedihkan ?”
“argh kau ini ! apakah kau masih tidak paham maksudku ? aku hanya tidak ingin kau terus terusan berkecil hati dan dipanggil dengan panggilan aneh itu, ah kau ini benar benar !”
“kenapa kau berteriak padaku ? lagi pula, jika aku seperti ini, itu sama sekali bukan urusanmu”
“kau, ah sudahlah aku pergi, percuma saja menjelaskan panjang lebar kepadamu, kau tidak akan mengerti” ucapnya akhirnya benar benar pergi meninggalkanku yang masih sangat bingung dengan semua kalimat dan ceritanya, bahkan dia tidak sedetikpun membalikkan badannya untuk melihatku.
Sebuah pesan singkat masuk keponselku, ‘kau ada waktu ? temui aku di kedai ice cream
di depan taman kota sekarang, aku rasa itu hanya perlu waktu 5 menit berjalan
kaki dari rumahmu. Mike’ argh dia lagi, tapi sepertinya tidak ada salahnya
aku meladeni ajakannya ini, aku harap kali ini dia akan menyelesaikan semua
penjelasannya yang tertunda beberapa hari lalu.
“Apakah kau membaca buku akhir tahun itu ?” tanyanya
seketika saat kami bertemu di kedai ice cream itu, “hm, entahlah aku tidak
begitu melihatnya dengan baik” jawabku jujur, “apakah kau membaca bagian pesan
dan kesan ?” tanyanya ingin tahu, “tidak, ah tolong jangan katakan lagi hal hal
yang tidak bisa aku mengerti” jawabku akhirnya, “kau akan mengerti jika kau
membacanya dengan baik. Ini bersihkan mulutmu, bagaimana bisa gadis seusiamu makan
ice cream dengan cara seperti itu ?” ujarnya lagi, “apa maksudmu senior ?”
“Mike, panggil aku Mike”
“…ya”
“sejujurnya, meskipun banyak hal negatif yang akan sangat menyebalkan untuk kau baca, tapi setidaknya kau harus tahu, mereka yang membencimu, yang mencelamu dengan apapun yang kau lakukan, merekalah yang paling banyak menuliskan tentangmu dibuku itu. Dan itu berarti, tanpa sadar, mereka sebenarnya telah berubah menjadi orang yang sangat memperhatikanmu, meskipun kata kata mereka terkesan kasar, itu sebenarnya karena mereka tidak suka dengan kekuranganmu, dengan kata lain, sisi lain dari diri mereka menginginkan kau menjadi lebih baik lagi. Ingatlah apapun yang mereka katakan tentang keburukanmu memang benar adanya, tapi bukan berarti mereka menyukai itu agar mengolok olokmu, mereka justru membenci mu, maksudku membenci kekuranganmu, dan berharap agar kekuranganmu itu segera kau perbaiki agar kelak mereka bisa membahas hal lain yang lebih menarik dan lebih baik tentangmu. Jangan membenci mereka, sebaliknya kau harus berterima kasih karena mereka selalu ada untuk mengoreksimu, meskipun dengan cara yang salah” jelas Mike panjang,
“apa maksudmu dengan mengatakan semua itu ?”
“hm, apakah kau mau berubah ? aku akan berusaha untuk membantumu, kau harus membuktikan bahwa kau bukanlah seseorang yang pantas mereka perolok, setidaknya kau punya waktu 3 tahun sebelum acara reuni sekolah”
“apa ? reuni ?”
“ya, kau harus bersemangat, saat reuni sekolah nanti, kau harus tunjukan bahwa kau sudah menjadi lebih baik ! bagaimana ?”
“hm, aku tidak mengerti dan tidak tahu mengapa kau begitu bersemangat membantuku, tapi baiklah aku akan menerima tawaranmu. Terima kasih senior…”
“Mike !! argh kau ini, ckck” protesnya lagi, aku tertawa kali ini melihatnya. Dalam hati, aku diam diam terus mengatakan terima kasih atas semangat yang ia berikan untukku, dan aku harap, aku tidak perlu mengecewakannya, “aku tidak menyangka ternyata kau memiliki sisi lain dari sikapmu yang menyebalkan selama ini” ujarku berusaha melemparkan senyum padanya, “hei, apakah itu artinya kau mengucapkan terima kasih ?” tanyanya tersipu, “kau harus berjanji untuk berhasil dan menjadi lebih baik ! semangat” teriaknya menyemangatiku, “ya, semangat !” sahutku menyambut energi positif darinya.
“Mike, panggil aku Mike”
“…ya”
“sejujurnya, meskipun banyak hal negatif yang akan sangat menyebalkan untuk kau baca, tapi setidaknya kau harus tahu, mereka yang membencimu, yang mencelamu dengan apapun yang kau lakukan, merekalah yang paling banyak menuliskan tentangmu dibuku itu. Dan itu berarti, tanpa sadar, mereka sebenarnya telah berubah menjadi orang yang sangat memperhatikanmu, meskipun kata kata mereka terkesan kasar, itu sebenarnya karena mereka tidak suka dengan kekuranganmu, dengan kata lain, sisi lain dari diri mereka menginginkan kau menjadi lebih baik lagi. Ingatlah apapun yang mereka katakan tentang keburukanmu memang benar adanya, tapi bukan berarti mereka menyukai itu agar mengolok olokmu, mereka justru membenci mu, maksudku membenci kekuranganmu, dan berharap agar kekuranganmu itu segera kau perbaiki agar kelak mereka bisa membahas hal lain yang lebih menarik dan lebih baik tentangmu. Jangan membenci mereka, sebaliknya kau harus berterima kasih karena mereka selalu ada untuk mengoreksimu, meskipun dengan cara yang salah” jelas Mike panjang,
“apa maksudmu dengan mengatakan semua itu ?”
“hm, apakah kau mau berubah ? aku akan berusaha untuk membantumu, kau harus membuktikan bahwa kau bukanlah seseorang yang pantas mereka perolok, setidaknya kau punya waktu 3 tahun sebelum acara reuni sekolah”
“apa ? reuni ?”
“ya, kau harus bersemangat, saat reuni sekolah nanti, kau harus tunjukan bahwa kau sudah menjadi lebih baik ! bagaimana ?”
“hm, aku tidak mengerti dan tidak tahu mengapa kau begitu bersemangat membantuku, tapi baiklah aku akan menerima tawaranmu. Terima kasih senior…”
“Mike !! argh kau ini, ckck” protesnya lagi, aku tertawa kali ini melihatnya. Dalam hati, aku diam diam terus mengatakan terima kasih atas semangat yang ia berikan untukku, dan aku harap, aku tidak perlu mengecewakannya, “aku tidak menyangka ternyata kau memiliki sisi lain dari sikapmu yang menyebalkan selama ini” ujarku berusaha melemparkan senyum padanya, “hei, apakah itu artinya kau mengucapkan terima kasih ?” tanyanya tersipu, “kau harus berjanji untuk berhasil dan menjadi lebih baik ! semangat” teriaknya menyemangatiku, “ya, semangat !” sahutku menyambut energi positif darinya.
Sejak saat itu, di akhir musim panas tahun itu, dia
benar benar membantuku, meski sering kali kami bertengkar karena sikapnya yang
menyebalkan dan kepribadianku yang payah selalu membuat kami saling emosi di
tengah tengah pertemuan kami. Bahkan saat libur tengah semester, dia masih
menyempatkan waktu untuk membantuku belajar, lokasi universitas J tempat dia
kuliah yang cukup dekat dengan lokasi kampusku membuat kami juga sering bertemu
disela waktu kosong seperti saat jam makan siang. Seperti sekarang ini, saat
hari terakhir ujian akhir semester genap, aku memintanya agar datang dan
bertemu ditaman untuk makan siang bersama, sebenarnya tentu saja untuk meminta
ilmunya tentang mata kuliah yang akan di ujikan berikutnya, “wah jadi kau benar
benar mahasiswa yang masuk daftar 30 besar diangkatanmu ? hha, itu tidak
mungkin” ujarnya meledeku seperti biasa, “aku tidak yakin kau akan mendapatkan
peringkat yang lebih baik di semester ini” ujarnya lagi sambil tetap
melanjutkan makan siangnya, “kau ini, kalaupun aku berhasil bukankah itu berkat
bantuanmu ? jadi jika aku gagal, itu berarti kau juga telah gagal mengajariku”
jawabku tidak mau kalah, “benarkah ? kalau begitu, kau harus berhasil !”
tawanya senang dan berusaha tetap menyemangatiku, “terima kasih, Mike…” ucapku
nyaris tanpa suara, dia hanya memandangiku dengan tersenyum dan kamipun
melanjutkan melahap makan siang kami.
Aku tidak menyangka, kejadian memalukan beberapa tahun
lalu saat aku melakukan kesalahan dengan permainan biolaku, dan tiba tiba dia datang
membantuku, ternyata itu akan menjadi kisah panjang ditahun tahun berikutnya
untuk kami berdua, aku tidak penah menyangka seorang senior sepertinya juga
pernah merasakan berada diposisiku. Terima kasih Mike, setidaknya aku mungkin
gagal berteman dengan buku buku di perpustakaan, aku pun gagal mendapatkan
kesan dan pesan yang baik di buku akhir tahun angkatanku, tapi setidaknya aku
berhasil menjadi saingan mu yang baik, sehingga kau sekarang bisa menjadi
senior yang baik untukku. Terima kasih juga telah mengingatkan aku bahwa mereka
yang menganggapku seorang loser
bukanlah mereka yang benar benar membenciku, aku hanya perlu merubah sedikit
pemikiranku tentang kata kata yang mereka deskripsikan tentang semua
kekuranganku, terima kasih semuanya, meskipun aku masih belum bisa mendapatkan
peringkat tiga besar pertama semester ini, tapi setidaknya aku bukanlah yang
berada di peringkat terakhir, aku akan berusaha, ini semua demi kalian dan
diriku sendiri, sekali lagi terima kasih. Lucy.
The end
Komentar
Posting Komentar