Selamat datang musim hujan, malam ini
untuk pertama kalinya hujan turun di tahun ini, sayangnya aku hanya bisa
mendengar rintiknya tanpa bisa memandangi keluar jendela dan melihat mereka
membasahi setiap jengkal sudut kota dengan kesejukan mereka, sudah empat bulan
berlalu sejak kejadian di hari terakhir ujian tengah semester yang membuatku
terkurung lama diruangan ini, karena kejadian hari itu aku terancam kehilangan
sebelah kakiku . . . .
“bukankah sudah aku katakan bahwa sebaiknya kau
tidak perlu melakukan hal itu untuknya, kau tidak perlu membantunya
menyelesaikan tugas ataupun hukuman yang dia dapatkan dari wali kelas kita !”
Dee, teman sekelasku menyambutku pagi ini dengan amarahnya ketika ia tahu lagi
lagi aku membantu seorang teman yang menurutnya tidak seharusnya aku
membantunya, “kau tahu, jika kau ingin membuatnya terbebas dari masalah,
seharusnya kau membuatnya sadar dan berhenti membuat masalah di sekolah, bukan
dengan cara membantunya menyelesaikan hukuman” lanjut Dee lagi, baiklah saat
itu aku seharusnya tahu bahwa aku salah, tapi mulutku dan diriku justru semakin
membuat Dee kecewa, karena setelah ia menyelesaikan semua kalimatnya barusan,
aku justru membentaknya dan berlari begitu saja, jujur aku sangat kesal dengan
kata katanya, karena aku pikir dia tidak perlu sebegitu marahnya padaku. Jam
ujian berakhir siang ini, itu berarti liburan sudah didepan mata, aku
melangkahkan kaki dengan santai dan gembira karena bayangan tentang kenangan
libur musim panas tahun lalu seolah terus berputar dan membuatku ingin
mengulanginya kembali, “ingat, sebelum pulang pastikan bahwa kau sudah
menyelesaikan tugasmu membersihkan ruang olahraga !” suara wali kelas
menghentikan langkahku saat aku melewati ruang guru, aku mundur beberapa
langkah dan memutuskan untuk sedikit menguping pembicaraan mereka, “baik bu”
sahut seorang siswa didalam, aku tak bisa melihat wajahnya karena ia berdiri
membelakangi dari tempatku berdiri, aku hanya melihat dia terus menundukan
kepalanya dalam saat mendengar semua pesan dari wali kelas kami, lalu pintu
ruang guru terbuka, dan murid itupun muncul dari balik pintu, “Junior !” ucapku
terkejut, bukan karena aku ketahuan sedang menguping olehnya, tapi karena aku
terkejut bahwa yang sedang berbicara dengan wali kelas kami adalah dia, dia murid
laki laki yang membuat Dee emosi setengah mati padaku karena aku selalu menolongnya,
ya murid laki laki ini orangnya, “kau sedang apa, pulanglah bukankah tidak ada
lagi jadwal ujian setelah ini ?” Tanya Junior menebarkan pandangannya kepenjuru
koridor sekolah dan meninggalkanku yang hanya bisa memandangi punggungya,
“tunggu !”.
Langit sore itu masih sangat cerah di musim panas
kali ini, padahal ini sudah hampir waktunya makan malam, tetapi cahaya mentari
yang dengan malas untuk bersembunyi masih terasa menelusuk masuk melalui cela
kaca ruang olahraga, aku dan Junior masih berada disini dan entah sampai kapan
kami bisa menyelesaikan tugas membersihkan ruangan ini, “kau, pulanglah
bukankah kau sudah berjanji hanya akan menemaniku satu jam saja ? dan ini, sudah
hampir tiga jam kau disini, jujur saja aku tidak terlalu membutuhkan
pertolonganmu” ucap Junior akhirnya bersuara lagi dari seberang ruangan saat ia
membersihkan tempat duduk disana, “ah itu, aku…oh iya aku lupa untuk mengunci
jendela !” ucapku segera bergegas menuju jendela, “bukankah aku sudah
mengatakan kau tidak perlu membersihkannya ? jendela itu sangat tinggi…”
‘brrukk’
‘brrukk’
beberapa hari kemudian, aku membuka mataku dan menyadari
diriku yang terbaring seorang diri didalam sebuah kamar, yang aku tahu ini
sebuah rumah sakit, aku merasakan pegal disekujur tubuhku, kaki dan tanganku
terasa kaku dan kepalaku sedikit pusing, aku tidak tahu sudah berapa lama aku
terbaring disana, bahkan aku tidak ingat kenapa aku bisa disini, tenggorokanku
terasa tercekat dan kering, ingin rasanya menggerakan tubuhku setidaknya untuk
mengambil segelas air tapi itu terasa sangat sulit, lalu aku mendengar
seseorang masuk dan pintu kamarpun berdenyit pelan, yang aku tahu sepertinya
dia sangat hati hati agar aku tidak terbangun karena bunyi daun pintu yang ia
buka, “apa kabar ? apakah kau masih belum sadar juga hari ini ?” ujarnya bahkan
sebelum ia melangkah lebih dekat kearahku, dan aku putuskan untuk menutup
mataku dan berpura pura tertidur, “aku minta maaf, ayolah kau harus segera
bangun, musim panas hanya tinggal beberapa hari lagi !” ujarnya yang sepertinya
saat ini sudah berdiri sangat dekat denganku, “kau harus menikmati sisa musim
panas yang sangat berharga ! dan, agar aku bisa benar benar menyampaikan
permintaan maafku padamu” suaranya tampak lirih dan penuh harap, meskipun
akhirnya aku sudah bisa menebak siapa pemilik suara itu, akhirnya aku putuskan
perlahan membuka mataku, aku lagi lagi hanya bisa melihat punggungnya, ia
berdiri sedikit jauh sehingga aku masih sulit untuk melihatnya, leherku masih
terasa cukup kaku untuk bergerak, “hari ini aku datang untuk mengganti bunga
dikamarmu, aku juga sudah meminta ijin pada orangtuamu untuk datang kapanpun
aku ingin melihatmu” lagi lagi ia berbicara dengan nada suara yang sebelumnya
tidak pernah aku dengar dari mulutnya, “Junior, kau kah itu ?” tanyaku
perlahan, mendengar suaraku dia segera berbalik dan dengan cepat menghampiriku
yang masih berbaring, “air, aku butuh air” ujarku tak ingin menunggunya
berbicara terlebih dahulu, setelah dia memberikanku minum dan membantuku
menegakkan sandaran tempat tidurku, dia langsung duduk di sisi tempat tidurku
tanpa kata tetapi terus memandangiku dengan seribu hal yang aku tak bisa mengerti
dengan hanya melihat kedalam matanya, “aku, kenapa aku ada disini ?” tanyaku
langsung padanya, aku putuskan untuk mengesampingkan sederetan kalimat yang ia katakan
sejak ia datang tadi, “kau terjatuh saat menaiki tangga kayu ketika kau ingin
mengunci jendela diruang olahraga, dan kaupun juga sempat tertimpa tangga…maaf”
jawabnya dengan tanpa menatapku sama sekali, aku seperti pernah melihat
kejadian itu, dimana dia berbicara sambil tertunduk dalam, “aku terjatuh ?”
tanyaku tak mengerti, “ya, aku minta maaf karena hal ini terjadi karena aku yang
membuatmu melakukannya”
“hm, benarkah ?”
“hm, apakah kaki dan tanganmu tidak terasa sakit ? aku dengar ….”
“kenapa ?” aku bingung dengan pertanyaannya dan menurutku dia menyembunyikan sesuatu yang sulit untuk ia katakan, lalu aku putuskan untuk menggerakan kaki dan tanganku, yang benar saja, aku baru sadar bahwa kaki kiriku terbalut perban dan terasa sulit untuk kugerakan, sedangkan tangan kiriku aku tidak mengerti bagaimana harus kujelaskan, aku tak bisa merasakan apapun saat ini, “aku minta maaf…”
“hm, benarkah ?”
“hm, apakah kaki dan tanganmu tidak terasa sakit ? aku dengar ….”
“kenapa ?” aku bingung dengan pertanyaannya dan menurutku dia menyembunyikan sesuatu yang sulit untuk ia katakan, lalu aku putuskan untuk menggerakan kaki dan tanganku, yang benar saja, aku baru sadar bahwa kaki kiriku terbalut perban dan terasa sulit untuk kugerakan, sedangkan tangan kiriku aku tidak mengerti bagaimana harus kujelaskan, aku tak bisa merasakan apapun saat ini, “aku minta maaf…”
itulah kata kata yang aku dengar
dari mulutnya setiap kali ia datang menjengukku, tapi hal itu hanya bertahan
hingga beberapa minggu setelah aku sadar, selebihnya ia hanya mengatakan bahwa
aku tak sadarkan diri hingga lebih dari tiga hari karena kepalaku sedikit
mengalami benturan ketika terjatuh, darinya pula aku tahu bahwa kaki dan
tanganku baru saja di operasi karena hal yang sama, tapi aku tidak menyangka
hal itu akan membuatku terkurung disini lebih lama, terutama sejak ia tak
pernah lagi datang berkunjung, tidak lagi membantuku dan mendorong kursi rodaku
untuk berkeliling ditaman rumah sakit, ataupun hanya untuk mengganti bunga
dikamarku, yang aku dengar kedua orangtuaku tak ingin aku berteman dengannya,
dan Dee juga sering menceritakan padaku hal hal tentang Junior agar aku tidak
terlalu akrab atau jaga jarak dengannya, jujur saja aku tidak mengerti kenapa
mereka semua bersikap seperti itu, karena sepertinya semua hal yang mereka katakan
justru sangat berlawanan dari Junior yang kukenal.
Malam ini, aku tidak tahu sudah malam
keberapa sejak aku mengalami kesulitan tidur, yang pastinya kali ini bukan
karena aku bosan terlalu lama disini, tapi karena aku terlalu bahagia sebab
besok aku akan keluar dari tempat ini, dokter sudah memberitahukan bahwa keadaan
kaki dan tanganku sudah sepenuhnya pulih, bahkan aku boleh saja berlari larian
jika aku mau, dan jika aku masih ingin lebih lama lagi dirumah sakit, “Ly ! wah
aku pikir kau sudah tertidur, bagaimana apakah kau sudah siap untuk mengucapkan
selamat tinggal pada musim panas ?” Dee akhirnya muncul mengalihkan lamunan
panjangku tentang hujan malam ini, “aku tahu kau pasti membenci musim hujan,
tapi kali ini kau harus menyukainya, karena saat musim hujan datang kau
akhirnya bisa keluar dari rumah sakit, apakah kau tidak merindukan seragam
sekolahmu ?” Dee menyibakkan tirai tipis yang menutupi jendela kamarku lalu
membiarkan aku menatap semua rintik hujannya diluar sana, “ya, aku harap aku
bisa segera kembali kesekolah” jawabku lirih, “Junior, apakah dia tahu bahwa
besok aku akan kembali kesekolah ?” tanyaku sedikit ragu, “hm, tentang itu...”
Dee sedikit berfikir dan mengetukan jemari didagunya, “sejak awal bulan lalu,
dia sudah tidak sekolah disekolah kita lagi” tiba tiba suara gemuruh
menggelegar dari arah luar jendela kamarku bersamaan dengan sederetan kalimat
yang baru saja aku dengar, rasanya sulit untukku percaya, ada apa ? apakah itu
artinya kami tidak akan bisa bertemu lagi, dan sepertinya aku akan kehilangan
seorang teman seperti dirinya, aku harap semua itu tidak benar.
Hari hari ku kembali kesekolah
terasa sangat tidak menyenangkan, banyak hal yang tidak aku ketahui dan
akhirnya menganggu pikiranku, tentang siapa yang mencelakaiku, tentang apa yang
membuatku harus dirawat selama itu dirunah sakit, dan tentang hal hal lainnya
yang hampir semuanya memojokkan Junior, untung saja kali ini sedang musim
hujan, setidaknya suara gaung keributan dan hal hal yang berhembus disekolah
bisa aku lupakan ketika mendengar rintik hujan yang berlomba mencuri
perhatianku dan memenuhi indera pendengaranku.
Dua bulan berlalu, hujan pun tak
turun sederas ketika awal musim hujan tiba, aku membuka mantel hujanku dan
duduk disebuah halte untuk menunggu bis yang akan membawaku pulang kerumah, aku
berharap sebelum hujan kembali turun aku bisa segera mendapatkan bis karena aku
lupa membawa payung hari ini, tak lama kemudian tiba tiba seseorang datang dan
berdiri dihadapanku, dia menjulurkan sebuah payung berwarna orange muda padaku,
lalu akupun berdiri dari duduk dan menggapai payung itu, “lama tidak bertemu,
Ly” ujarnya tersenyum, dari rambut lebat dan garis wajahnya tentu saja aku
sangat mengenali orang ini, dia tersenyum senang karena aku menerima payung
yang ia berikan, lalu dia membuka payung miliknya, “maukah kau pulang bersamaku
?” tanyanya kemudian, tanpa ragu akupun membuka payung itu dan menyusul
langkahnya, kami berjalan beriringan menyusuri trotoar siang itu, dibawah
rintik hujan dipertengahan musim yang justru terasa menghangatkan, siang itu
hujan turun nyaris tanpa suara, tanpa bunyi gemuruh ataupun tiupan angin, siang
itu, hujan hanya turun agar aku bisa berpayung bersama dengannya, dengan
temanku, Junior. Dan lagi lagi kami bercerita tentang banyak hal, bukan tentang
Junior yang terkenal dengan masalahnya disekolah, bukan tentang seorang siswa
perempuan bernama Ly yang menjadi korban, tapi tentang musim panas yang saat
itu terasa sangat singkat untuk kami, yang membuat kami harus berpisah, lalu
tiba tiba saja di pertemuan kami berikutnya, musim hujanlah yang menyapa kami,
aku merasa empat bulan tak ada artinya aku tak perlu menyesali semua kejadian
itu, bahkan mungkin aku harus sedikit merasa bersyukur, karena empat bulan
dirumah sakit membuatku bisa berfikir, bahwa tidak semua orang buruk itu buruk,
tidak semua yang orang pikirkan tentang seseorang itu benar, dan tidak ada
salahnya membantu dengan cara yang salah, setidaknya aku tidak benar benar
membuat kesalahan, aku hanya ingin membantu sebagai seorang teman. Junior aku
tak ingin tahu kemana saja kau selama ini, karena menurutku yang terpenting
saat ini, bukan karena musim panas ataupun musim hujan, bukan karena aku cidera
ataupun karena kau merasa bersalah, hanya saja aku berfikir, sesuatu terkadang
memang harus terjadi agar kita bisa merasakan makna yang tersimpan didalamnya,
aku harap kita akan menjadi teman dimusim musim berikutnya …. [LJ]
Hmm. Untuk ukuran cerpen biasa. Kata2nya trlalu susah untuk dimengerti. Klo anak smp yg baca. Hrs ngulang2 di kalimat tertentu.. Tp, berhub q bkn anak smp. Jd, ngerti. Hehehe..
BalasHapusCeritanya kurang klimaks. Intinya Ly iti suka sm Junior? Atau Junior yg akhirnya suka sama Ly karna merasa bersalah.. Awal-awal cerita kayak mengisyaratkan Ly suka Junior buktinya dy suka ngebantu Junior yg kelihatannya selalu bermasalah di sekolah. Dan jg awal cerita Junior kayak acuh gitu kan sok gak mau dibantu. Trus tiba2 stlah kecelakaan dy jd perhatian itu karena rasa bersalah atau cinta? Gak ada penjelasannya..
Tp, aku suka endingnya. Itu ngebuat pembaca berpikir sendiri. Akhir ceritanya gimana, dibiarkan menggantung.. Pasti bakal ada yg mikir, nantinya mereka akan rasa sayang itu bakal jd rasa cinta dan akhirnya pacaran. Dan ada jg pasti yg berpikiran mereka akan tetap berteman baik selamanya.. Kata2 endingnya jg q suka!! Truuuuusss... Apa lagi ya?
Udah. Kayaknya segitu aja..ohya, satu lg. Kakya kayaknya mau cepet2 nyelesain cerita ini, terlalu buru2, terlalu byk lompatan.. Pokonya buat pembaca cerpen pemula(??) atau yg baca jarang bc cerpen bakal susah nangkepnya..
And the last LJ= Lee Junho!!! :))
Hmm.
BalasHapus1. Kata2nya untuk pembaca cerpen pemula(??) atau untuk mereka yg jarang bc cerpen susah dimengerti kakya.. Hrs bacanya mungin berulang2 di kalimat2 tertentu baru dy paham. Untung q bukan pembaca pemula jd q ngerti. Heheheh #sombong..
2. Ceritanya cepet bgt lompat kakya. Lagi2 buat para pemula susah buat ngertiin ceritanya kakya. Kakya kelihatannya mw cepet2 nyelesain ceritanya, buru2 bgt. Ini sering bgt deh di Cerpen2 kakya, kalau aja kakya lebih santai ngejelasinnya, karakter2 tokohnya lebih dikembangin dulu, pasti bakal lebih keren lagi meskipun ini jg udah keren kakya. :)
3. Trus jg sekali lg krn karakter tiap tokohnya gak terlalu diperjelas, jdnya gaktw tuh siapa yg nyimpen prasaan lebih. Di awal cerita pembaca pasti berpikir kalo Ly suka dengan Junior, buktinya dy sll ngebantu Junior yg sll bermasalah di sekolah, walaupun Junior bersikap acuh dan cuek. Dan di tengah cerita mendadak Junior perhatian stelah trjadi kecelakaan, itu karena dy jd siang jd merasa brsalah. Kt gak tau. Dan bedanya tipis bgt..
Kata2 endingnya q suka!! Trus jg dibiarikan menggantung. Pembaca bakal mikir sendiri apa nantinya mereka bakal punya rasa lebih dari teman atau jadi teman baik selamanya..
And the last LJ = Lee Junho.. :))
baiklah Ms. Nurul Mawaddah, S.Pd a.k.a pembaca cerpen senior (??)
BalasHapusmkasih y masukanny...ckkckc tau aja ttg LJ -_-''