Langsung ke konten utama

Cerpen :: Alien & Planet

'Kriiiing'
"Aargh selamat pagi selasa ! Selamat datang 29 februari ! Nggak berasa ya, sudah 10 tahun gue kenal mahluk yang ultahnya nggak setiap tahun itu !"
Embun pagi masih menyisakan tetesannya di atas dedaunan, Bintang bergegas mengikat tali sepatunya lalu menyelempangkan tas kesayangannya di bahunya dan tak lupa sebuah map biru yang dia bawa dipelukannya, "huhf,,semoga hari ini ada keajaiban ! Ayo semangat Bintang !" Teriaknya menyemangati dirinya sendiri, lalu mengunci pintu kamar kostnya dan pergi menuju kampus. Di sepanjang perjalanan, headseat putih berbentuk persegi setia menempel di kedua telinganya, sebuah lagu yang menjadi playlist wajibnya hampir di setiap hari, kali ini justru dia hindari, karena ada satu lagu yang lebih penting dan pas untuk hari ini, 'aduh bis nya mana sih ? udah berangkat pagi pagi tapi tetep aja lama, udah deh naik kereta aja' pikirnya menggerutu lalu melangkahkan kakinya cepat menuju stasiun kereta yang berada di seberang jalan.
Waktu sudah menunjukan pukul 8 pagi, dan Bintang baru saja turun dari kereta yang membawanya menuju stasiun yang tepat berada di salah satu pintu masuk kampusnya, "woy, baru dateng nih ?" Sapa seseorang saat Bintang baru memasuki gerbang fakultas, "Marsha ! Eh alien, met ulang tahun ya, haha gue nggak nyangka pas banget bisa ketemu lo pagi pagi gini ?" Jawab Bintang kegirangan sambil mengacak acak rambut Marsha yang memang hampir tidak pernah terlihat rapi, "eh lo tu ya, masih aja suka panggil gue alien" protes Marsha tidak setuju,
"Tapi lo itu emang alien Sha, hha... udah ah gue ada kelas, pokoknya ntar siang lo harus traktir gue makan di kantin langganan kita, oke ?"
"Hha, iya deh tuan putri, udah masuk kelas sana!"
"Bye alien" teriak Bintang melambai saat bergegas menuju kelas meninggalkan Marsha.
"Eh, nggak berasa ya, udah sepuluh tahun loh kita temenan, gila udah tua aja nih kita ?" Celetuk Marsha saat mereka sudah mulai duduk di salah satu meja kantin siang itu, "oh ya, masa sih udah selama itu ? Perasaan baru kemaren deh, inget nggak waktu SD dulu, gue pertama kali panggil lo alien karena tanggal lahir lo nggak ada di kalender, hha" jawab Bintang panjang, "iya, puas kan lo ? Tapi waktu itu gue bales lo dengan panggilan planet, karena nama bintang itu nggak cocok buat lo, lo tu cewek tapi kaya cowo" balas Marsha lagi, "eh enak aja, gue ini cewek jagoan ! Eh dulu kita juga pernah tukeran nama kan ? Nama lo jadi Bintang dan gue Marsha ? Inget nggak, hhha",
"Iya, asli gue inget! Lagian kayaknya nama kita emang ketuker deh, nyokab sih masa anaknya yang ganteng ini di kasih nama Marsha ? Hhha, eh waktu itu kita tukeran nama karena apa ya ?",
"Aduh alien...kan waktu itu kita maen bola gitu di lapangan, trus gue nggak sengaja pecahin salah satu pot bunga di pinggir lapangan sekolah, terus waktu nama gue yang di panggil, malah elo yang nemuin guru BP dan ngaku sebagai Bintang, ckkc makasih ya sob" jawab Bintang lagi masih seru dengan kilas balik cerita mereka selama ini, "oh iya, hari ini lo ulang tahun, nggak pengen kenalin pacar terbaru lo ke gue ?" Lanjut Bintang lagi teringat sesuatu, "hm ? Nggak ah, gue capek nyakitin cewek mulu, lagian gue kan udah punya elo, sohib planet terbaik gue, ya nggak ?" Jawab Marsha mantab,
"Hhha...alien, gue tebak nih, jangan bilang kalo seorang Marsha jadi susah move on nih ? Biasanya juga sebulan sekali ada aja pacar baru yang lo kenalin ke gue ? Kenapa, jangan jangan...lo udah bosen ya sama cewek ? Hhha" tawa Bintang terkekek karena kalimatnya sendiri, "eh enak aja lo, gue serius, gue pengen tobat mainin cewek, tapi bukan berarti gue suka sama cowok, ada ada aja lo" jawab Marsha segera mengelak,
"terus ?",
"gue kan udah bilang, gue itu udah punya planet yang setia banget nemenin gue sepuluh tahun, jadi gue cuma pengen ngejagain planet gue aja",
"Hm ? Alien, lo mau pindah dari bumi gitu ?"
"Astaga, Bintang lama lama gue sihir lo jadi komet mau ? Gue serius tau, udah deh, sekarang lo habisin semua pesenan lo, gila banyak banget, pasti dari tadi pagi lo belom makan deh. Lo jangan kemana mana, gue nemuin temen gue bentar, oke planet!" Ujar Marsha panjang dan pergi membiarkan Bintang melahap makananya sendiri, 'hhu, mulai deh suka banget ninggalin' gerutu Bintang dalam hati, dan perlahan melahap habis semua makan siangnya.
Satu jam kemudian, Marsha belum juga kembali ke kantin, dan entah sudah berapa kali Bintang gagal menghubungi Marsha melalui ponselnya, 'huhf apes nih, awas aja tu anak ngerjain gue !' Gerutu Bintang yang akhirnya memutuskan meninggalkan kantin karena harus masuk jadwal kuliah berikutnya.
Mata kuliah bahasa asing dengan 3 sks nonstop cukup membuat Bintang merasa sangat lelah bahkan ingin rasanya begitu keluar kelas dia sudah langsung berada di kamar kostnya, tapi sayang, pintu kelas yang Bintang lalui bersama teman teman yang senasib dengannya, bukanlah pintu kemana saja seperti yang dimiliki kucing biru yang ada di salah satu film kartun di televisi, "Bintang, ada yang nyariin lo tuh di danau belakang kampus" ujar seorang mahasiswa laki laki yang Bintang ingat bahwa dia adalah salah satu teman seangkatannya, "siapa ?" Tanya Bintang bingung, "gue nggak tau, gue cuma sampein pesen aja" jawabnya sambil lalu. Sesampainya di danau belakang kampus, Bintang tak melihat seorangpun disana, lebih tepatnya tak seorangpun yang dia kenal disana sore itu, karena dia melihat ada sebuah kursi taman yang kosong, dia segera duduk di kursi itu untuk sejenak melupakan kelelahannya dengan menikmati pemandangan danau yang indah, air yang berwarna biru jernih, dan sesekali terlihat ikan air tawar kecil berenang renang bebas disana, sambil mendengarkan satu lagu yang sama yang ia dengarkan tadi pagi, hingga perlahan dia tertidur di kursi itu.
Bintang membuka matanya, lehernya terasa sedikit nyeri karena posisi tidurnya yang salah, lalu akhirnya dia benar benar terbelalak saat menyadari bahwa dia tertidur di kursi tersebut, "udah puas tidurnya ? Kalo gitu sekarang gantian, lo pijitin pundak gue, sakit nih di jadiin sandaran oleh kepala batu lo" cerocos Marsha tanpa melihat ke arah Bintang, "aduh kok gue bisa ketiduran sih, lo juga kenapa nggak bangunin gue ?" Protes Bintang yang masih merapikan rambut dan wajahnya, "eh ikut gue yuk ?" Ujar Marsha kemudian, "mau kemana ? Udah mulai gelap nih, ibu kost gue kan galak" tanya Bintang ingin tahu, "udah ikut aja, nggak bakalan lama kok" jawab Marsha lalu menarik Bintang ikut dengannya. "Alien, kita mau kemana sih ?" Tanya Bintang saat mereka sudah berada di mobil Marsha, "ke rumah gue" jawab Marsha singkat,
"Ngapain ke rumah lo ?"
"Hmm, nyokab bilang dia kangen sama lo, jadi gue harus ngajakin lo makan malem dirumah"
"Nyokab lo lagi disini ? Biasanya weekdays tugas di Bali kan ?"
"Iya, tapi kan hari ini anaknya ulang tahun, masa nyokab nggak pulang ?"
"Hhu, dasar alien anak mami"
"Biarin, dari pada planet jagoan, tapi tukang tidur dan tukang makan ?"
"Hhu, tapi lo suka suka aja kan temenan sama gue"
"Iya lah, gue itu kasian ntar planet jadi sepi tanpa alien, hha"
"Yaelah, bisa aja lo! Tapi, bener juga sih Sha, hha" lagi lagi tawa riang terdengar menghiasi obrolan dua sekawan itu.
Selesai makan malam sederhana dirumah Marsha malam itu, Bintang menyempatkan diri bermain bersama adik kecil Marsha yang masih berusia 5 tahun, Marsha yang mulanya anak tunggal akhirnya memiliki saudara kecil saat dia berusia 15 tahun, cukup jauh memang, tapi Marsha sangat bahagia karena memiliki teman bermain dirumah, "kangen rumah nggak nih nak Bintang ?" Tanya mama Marsha yang tiba tiba ikut duduk di ruang bermain dengan Bintang dan si kecil Eren, "tante ? Bintang nggak kangen rumah kok, kan sebenernya Bintang nggak kemana mana, tapi ayah sama bunda yang ke luar negeri, makanya dari pada Bintang sendirian dirumah, mending Bintang kost aja tante" jawab Bintang bercerita, "ayah sama bunda sehat ?" Tanya mama Marsha lagi, "sehat tante, setiap malem ayah suka nelponin aku kok tante, kalo bunda kan sibuk, mana sempet nanyain kabar aku, hha" jawab Bintang lagi, "mi, udah malem, Marsha anter Bintang pulang dulu ya" ujar Marsha yang tiba tiba datang, "ya udah tante, Bintang pulang dulu ya tante, makasih makan malemnya, bye Eren" pamit Bintang pada keduanya.
"Eh kok sepi sih ? Biasanya juga lo bawel ?" Tanya Bintang saat mereka sudah memulai perjalanan, "nggak apa apa sih, oh iya, makasih ya udah mau ikut makan bareng di rumah hari ini" jawab Marsha masih serius dengan kemudinya, "ada apa Sha, kok lo jadi makasih segala ? Gue dong yang harusnya berterima kasih, karena gue bisa perbaikan gizi 2 kali hari ini, hha" lagi lagi Bintang tertawa, tapi ternyata kali ini Marsha masih diam, 'ini anak kenapa sih ? Tumben banget, biasanya dia yang kreatif ngomong' tanya Bintang dalam hati, dan beberapa saat kemudian, mereka sudah sampai di depan sebuah rumah kost putri tempat Bintang belajar hidup seperti anak rantau sejak mereka menjadi mahasiswa, "thanks ya Sha, hati hati nyetirnya jangan bengong" ucap Bintang sesaat sebelum ia turun dari mobil Marsha, "hm, iya sama sama" jawab Marsha singkat, dan tetap tidak melihat kearah Bintang, "eh tunggu, gue nggak ada salah kan sama lo ?" Tanya Bintang lagi yang menunda menutup pintu mobil, "hm, nggak kok Bintang lo mana pernah bikin salah ke gue" jawab Marsha berusaha tersenyum, "oke deh, bye" lanjut Bintang lalu masuk kedalam rumah kostnya, seperti biasa, Marsha akan pergi dari sana setelah memastikan bahwa Bintang benar benar sudah masuk ke kamarnya yang berada di lantai dua beranda depan.
Marsha masuk kekamarnya, hari ini bukan pertama kalinya dia merasakan sesuatu yang aneh, ada hal yang mengganjal di pikirannya saat dia sedang bersama Bintang sahabat kesayangannya sejak mereka masih menggunakan seragam putih merah, tapi Marsha juga tidak tahu apa hal yang mengganggunya itu, dia hanya tahu, bahwa dia menjadi sering merasa serba salah jika bersama Bintang, 'Bintang...' desahnya berat sesaat sebelum ia tertidur.
Hari ini sudah masuk minggu ketiga di bulan maret, sudah selama itu juga, sejak makan malam itu, Bintang selalu gagal menemukan Marsha di kampus, tak jarang dia berfikir bahwa temannya satu itu sengaja menghindari dirinya. Jam tangan hitam yang melingkar di salah satu pergelangan tangan Bintang menjunjukan pukul 3 sudah lewat 45 menit, tapi sudah 45 menit juga dia terdiam di stasiun kampus menunggu kereta yang akan membawanya pulang, lalu tiba tiba dia merasakan kepalanya pusing luar biasa, segera dia melepaskan headseat yang sedari tadi menemani kehejenuhannya menunggu, lalu berusaha mencari cari sesuatu di tasnya untuk meredakan nyeri di kepalanya, di saat yang bersamaan, kereta yang ditunggu tunggu tiba dan mau tak mau dia harus segera berlomba dengan penumpang lainnya untuk segera masuk ke gerbong khusus penumpang wanita, tapi sayang ada seseorang yang entah sengaja atau tidak justru menabraknya sedikit keras, hingga dia oleng dan terjatuh di tengah kerumunan penumpang yang terus mencoba masuk, dan mengabaikannya begitu saja tergeletak disana, 'seseorang...tolong Bintang' ucapnya meringis didalam hati sesaat sebelum ia benar benar hilang kesadaran.
"Iya, makasi ya dok, makasi dok", Bintang membuka matanya perlahan, meski bingung, tapi dia yakin bahwa kalimat barusan ialah berasal dari suara Marsha, "Sha...Marsha ?" Ujar Bintang dengan suara lirih memanggil temannya itu, "Bintang, lo udah sadar ? Ah, thanks God!" Ucap Marsha riang saat mendekat kearah Bintang, "kok gue bisa disini, ini rumah sakit kan ?" Tanya Bintang masih menerawang, "gue malah pengen tanya sama lo, kenapa lo bisa pingsan tadi di stasiun ? Kebetulan, ada anak kelas gue yang ngenalin lo, padahal dia bilang lo sempet di cuekin aja oleh orang orang disana, trus gue dateng dan gue bawa lo kesini deh" cerita Marsha cepat, "hmm, gitu ya ? Makasih ya Sha" ucap Bintang mencoba tersenyum, "lo beneran nggak inget kenapa lo bisa pingsan ?",
"Nggak, seinget gue sih terakhir gue udah mau naik kereta deh",
"selain itu ?"
"Nggak, gue nggak inget lagi"
"Ya udah deh, yang penting lo udah aman disini"
"Iya. Oh iya, gue kangen sama lo, udah lama banget gue nggak liat lo di kampus, lo kemana sih ?"
"Ya gue kuliah lah, sama sih gue juga kangen sama lo Bintang" jawab Marsha yang lagi lagi mulai merasakan sesuatu yang aneh didirinya, 'nggak Marsha, lo nggak boleh suka sama Bintang !' Bisiknya dalam hati memperingatkan dirinya sendiri.
Pagi harinya, pihak rumah sakit baru memberikan ijin pada Bintang untuk pulang, Marsha yang semalaman menemani hingga tertidur di sofa pun ikut senang mendengar bahwa keadaan Bintang baik baik saja, dokter hanya mengingatkan untuk Bintang mengurangi kebiasaannya berkutat dengan gadget, karena selain berefek pada mata lelah, nyeri di kepala yang sering tiba tiba mengusiknya itu juga termasuk efek karena dia terlalu sering menggunakan headset, "tuh dengerin kata dokter" ulang Marsha entah untuk keberapa kalinya pada Bintang saat di perjalanan menuju tempat kost Bintang, "lo besok besok ngelamar jadi asisten dokter itu aja, jadi bisa nambahin kosa kata untuk nasehatin gue Sha, hhu" gerutu Bintang meruncingkan bibirnya, "iya iya maaf, tapi lo harus janji, lain kali kalo ada apa apa, lo harus bilang ke gue, oke ?" Ujar Marsha memberi syarat, tapi Bintang justru hanya menggidikan bahu yang sama artinya dengan dia tidak bisa berjanji untuk syarat tersebut, "nah udah sampe, mau gue anter ke dalem nggak nih ?" Tanya Marsha kemudian, "makasi banget ya Alien ku sayang, hmm kalo lo berani dengan peliharaan ibu kost, silakan hha" jawab Bintang yang sudah bisa tertawa ceria kembali, "aduh nggak deh, serem. Udah buruan masuk sana, istirahat jangan nge-gadget mulu" jawab Marsha lagi sambil tetap mengingatkan Bintang, "iya iya, siap" jawab Bintang yang akhirnya benar benar melambaikan tangan dan masuk kerumah kostnya.
Hari ini Bintang sudah kembali beraktifitas seperti biasa, bangun pagi, berlari menuju halte bis atau justru beralih ke stasiun kereta, lalu bergegas masuk kelas untuk mengikuti kuliah, 'hallo planet, siang ini alien mau ngajakin makan di restoran korea kesenengan planet, gimana nih boleh nggak ?' Baca Bintang melihat sms masuk dari Marsha, saat masih di dalam kelas, 'serius Sha ? Boleh banget!!' Balas Bintang kemudian.
"Dari tadi gue perhatiin kayaknya ada yang beda, ternyata...lo potong rambut Sha ? Terus ...cie, kayaknya bajunya rapi nih, asik lo lagi falling in love ya Sha, sampe merubah penampilan gini ? Tapi, gue suka nih yang kaya gini, rapi nggak kucel tapi tetap santai, wah alien gue udah berubah nih" cerocos Bintang panjang saat mereka baru saja duduk di restoran kesenangan Bintang yang menyajikan makanan khas negeri ginseng, seoul. "Nggak sih, ada sesuatu yang penting yang mau gue bicarain hari ini sama lo, makanya gue juga ajakin lo kesini" jawab Marsha senyum dengan wajahnya yang terlihat sedikt serius, "hm, apaan Sha ? Jadi penasaran, sampe segininya ?" Tanya Bintang penasaran, "ehm, gue mau ngomong tapi please, lo jangan potong kalimat gue sebelum gue selesai bicara" ujar Marsha sedikit ragu, "hm, oke" jawab Bintang, "ehm, ng...gini, sebelumnya gue si alien, pengen minta ijin untuk berhenti panggil Bintang dengan julukan planet, karena sebenernya, Alien itu adalah Marsha, dan Bintang itu bukan Planet, tapi emang seseorang yang duduk di depan gue sekarang, Marsha itu aku dan kamu adalah Bintang, sebagai Alien aku berharap kamu bisa jadi planet yang bukan cuma sekedar tempat aku tinggal, tapi aku juga berharap kamu planet yang bisa aku lihat meskipun cahanya kalah oleh terangnya matahari, kamu inget ? Si alien itu pernah bilang kalau dia merasa sudah cukup memiliki satu planet dihidupnya, dan hari ini si alien itu berjarap planet yang dia punya selama ini, akan menerima si alien dengan sepenuh hati, karena planet iu terlalu indah, terlalu berkilau meski bukan di malam hari, dan karena planet itu bernama Bintang, dan planet itu....sudah bikin si alien jatuh cinta" Marsha mengakhiri kalimatnya yang terbata bata dan berputar putar dengan satu hembusan nafas panjang dan berat, berharap Bintang yang duduk didepannya bisa mengerti maksud dari semua kalimat panjangnya itu, satu menit, dua, tiga, hampir 5 menit berlalu, baik Bintang dan Marsha masih saling diam tak tahu harus berkata apa, "Bintang ?" Panggil Marsha akhirnya, "Marsha, alien, lo dan kamu ? Itu adalah orang yang saat ini ada di depan si Bintang, planet, gue, aku ? Hm.." ujar Bintang akhirnya bersuara, "gu...aku minta maaf, tapi aku gagal untuk nggak ngerusak persahabatan kita dengan perasaan konyol ini Bintang" ujar Marsha dengan nada menyesal, "aku nggak akan larang kamu kalau kamu mau marah dengan aku, karena seenggaknya aku udah bisa bicara jujur ke kamu, ini juga jawaban kenapa beberapa bulan ini, aku sering menghindar, iya aku minta maaf" lanjut Marsha lagi masih mencoba menjelaskan, "kamu tau Sha ? Dulu aku pernah suka sama satu anak cowok di sekolah, yah meskipun awalnya selalu berantem, tapi akhirnya berantem itulah yang justru menjadi isi kebersamaan aku dengan anak cowok itu, nggak tau dia sadar atau nggak, dia itu juga yang akhirnya jadi cinta monyet aku, sampai ternyata, waktu berjalan terasa lama saat anak cowok itu sudah sibuk dengan aktifitasnya ganti ganti pacar, yah tapi aku tau diri kok, aku itu cuma planet, planet biasa yang gak berkesan sama sekali, bahkan gak satupun mahluk yang menghuninya, tapi hari ini rasanya si planet tau satu hal, hal bodoh yang selama ini dia rahasiakan, ternyata terbaca oleh satu alien, yang akhirnya alien itu mendatangi si planet dengan pernyataan anehnya. Marsha...thanks ya" jawab Bintang tersenyum lega, karena setidaknya dia diberikan waktu seumur persahabatan mereka untuk merasakan patah hati, "jadi, kamu jatuh cinta sama alien ?" Tanya Marsha mencoba menebak, "nggak aku nggak bilang begitu" jawab Bintang sulit membenarkan hal itu, "tapi, si planet tau kok, kalo alien kan bukan mahluk angkasa yang setia ?" Ujar Bintang lagi, "Bintang please, aku lagi serius, kamu tau kan, udah berapa bulan terakhir ini aku nggak pernah ada pacar baru ? Karena aku tau, ini bukan lagi waktunya main main dengan perasaan, please Bintang...tolong ijinin si alien ini punya satu planet aja, boleh kan ?" Lagi lagi Marsha memohon, "tapi planet ini biasa aja, nggak bisa dandan, nggak berkilau, planet ini bercahaya cuma kalau langit malam bersahabat, planet yang bercahaya dari menyerap cahaya matahari, planet yang biasa, yang cuma tau kalau cuma ada satu alien di dunia dia..." jawab Bintang lagi, dan kali ini Marsha benar benar tersenyum lebar, baru kali ini Bintang melihat Marsha tersenyum sedemikian singkat tapi menyimpan arti yang dalam, seperti tersenyum dengan hatinya, "jadi ? Kapan nih si alien bisa urus paspor, visa, ktp dan lainnya untuk bisa pindah ke planet itu ?" Tanya Marsha akhirnya, "tunggu, tunggu si planet sudah bisa bersinar tanpa planet lainnya, tunggu si planet yakin kalau administrasi si alien lengkap, hha" tawa Bintang kembali seperti biasa, lalu Marsha mengambil sesuatu dari dalam tas kuliahnya, sebuah kotak berwarna biru gelap yang dihias pita berwarna merah hati, "ini administrasinya" ucap Marsha tegas, lalu Bintang menerima kotak itu dan membukanya, di dalamnya, ada mug berbentuk bulat nyaris sempurna, dan di dalamnya ada sebuah kalung yang dihiasi liontin berbentuk kepala alien dan sebuah bintang, "ini..." ucap Bintang tak tahu harus berbicara apa, "mug itu, angkasa luasnya, dan kalung itu seperti lingkaran tata surya yang menghubungkan si alien dan si planet, aku harap kamu bener bener bisa jadi planet aku selamanya... mami juga sudah tahu, dan mami mendukung si alien untuk mendapatkan planetnya.." potong Marsha tak ingin menunda menjelaskan semuanya pada Bintang. Saat itu juga, Bintang jauh lebih bingung, dia tahu bahwa dia bahagia, dia tahu bahwa ini adalah jawaban penantian panjangnya, tapi dia tidak tau harus mengatakan apa, "....ternyata alien yang mau mengisi si planet, alien yang pinter dan hebat! Kamu boleh tinggal di planet itu, tapi...kamu janji nggak akan merusak alam disana" jawab Bintang akhirnya dan tersenyum bahagia, "beneran, serius ? Makasih Bintang, aku janji, aku nggak akan merusak perasaan si planet, aku akan ngejagain planet itu sepenuh hati, go green !" Ujar Marsha gembira dan mendatangi tempat duduk Bintang lalu segera memeluknya, "hha...nggak pake go green juga kali" jawab Bintang membalas pelukan Marsha.☆
[The End]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jori King - Love At First Sight Lyrics + DL

(x2)  She got me feelin like  Uh uh oh whoa oh  Uh uh oh whoa oh oh yeah  *Beginning Chorus*  And I never felt this way before  And I wanna give you all my world cuz  You you make me believe in love at first sight  And I do, yes I do, I-I do, yes I do  You you make me believe in love at first sight  And I do, yes I do, I-I do, yes I do  *Verse 1*  Girl you make me believe in things I've never seen  And it's a trip to me how she got me feelin weak  I just don't understand I was the type of man  That could care one less about a girl yet here I am  I don't know what to say think bout everyday  I must admit that I hate whenever you're away  I don't know what to do cuz when I think of you  Somethin happens to me babe  *Pre-Hook*  Oh pretty girl I really don't think that you know  How strong or deep my love for you can go  I never thought it could happen to me  But baby girl I'm starting to believe  Believe in love at first sight  And girl I love that it's

[Review] Sebongkah Kerinduan

Hai 2015. Hai para penjelajah blog, kali ini saya kembali dan ingin mencoba untuk menulis sebuah review buku, karena sebelumnya saya belum pernah menulis review buku, jadi saya akan mencobanya dengan menulis tentang buku saya sendiri, mungkin kalian akan berfikir saya melakukan ini dengan sedikit tujuan seperti promosi atau mungkin membanggakan karya saya sendiri, tapi kalau anda meneruskan membaca review ini, saya yakin anda pasti akan berfikir sebaliknya, jadi …. Bagaimana kalau kita mulai sekarang ? Judul : Sebongkah Kerinduan Penulis : Tsanamilta Amirah Penerbit : Mozaik Indonesia Cetakan Pertama : 2013 Oke, untuk kalian ketahui, sebenarnya saya sudah menyelesaikan novel ini 2 tahun sebelumnya, dan novel pertama saya ini sebenarnya adalah naskah ke dua yang saya kirimkan pada pihak penerbit yang sama, [jangan tanya kemana naskah pertama saya saat ini karena kalaupun naskah itu rilis atau dibukukan, pasti orang orang akan mengira saya melakukan plagiat te

tentang aku (dan buku harian ku)

aku dan diaryku mungkin di dunia ini semua orang memiliki buku harian sebuah agenda yang nyaris berisikan tentang keluh kesah yang keseluruhan isinya hampir bersifat sangat pribadi dari kegiatan kita sehari hari dan … dan biasanya tak satupun orang yang kita izinkan yang kita beri kesempatan untuk membacanya tapi tidak dengan diriku aku bukanlah orang yang mahir membuat sebuah tulisan yang menceritakan kegiatan kita seharian penuh, sesaat sebelum kita tidur dan sebelum selimut hangat mengantarkan kita kebunga mimpi jika kalian ingin tau, diaryku bukanlah seperti bukan seperti diary pada umumnya melainkan sebuah rangkaian kata kata yang mungkin jika seseorang membacanya akan terlihat dan terkesan seperti lembaran lembaran puisi, ya memang! jika kau ingin mengetahui buku harianku, hampir semuanya bahkan tiap lembarnya nyaris beruba tulisan puisi Jadi, aku dan diaryku hingga sekarang tak pernah berpisah, meskipun kadang harus terganti, tapi tetap saja akan terjaga kenapa ? karena hanya