Karena
sedikit merasa aman, aku memutuskan untuk istirahat sejenak disebuah kedai kopi
kecil di dekat exit selatan tersebut, aku meminum kopiku dengan santai sembari
menikmati suasana disekitarku, jujur saja bibirku tak bisa berhenti mengulum
senyum sejak tadi, bayangkan hanya tinggal 500 meter lagi aku bisa bertemu
denganny. Bagaimana penampilannya kini ? apakah dia masih mengingatku ? hmm,
aku rasa jarak 500 meter tidak ada artinya dengan jarak yang ada diantara kami
selama 7 tahun ini.
Sekitar
pukul 1 siang, aku melanjutkan perjalananku, menarik serta koperku, menggendong
tas ranselku serta tak lupa alamat dan selembar foto digenggamanku dan
akhirnya, aku sampai dialamat yang aku tuju ! aku tak bisa membayangkan jika
aku tak bertemu dengan Rei, mungkin aku tidak akan pernah mengetahui alamat
kantor Unno bekerja saat ini. Tapi …kenapa kantor ini ramai sekali ? dibagian
depan pintu masuk gedung, terlihat sekumpulan remaja wanita berdiri dan membuat
kerumunan, entah apa yang sebenarnya mereka lakukan disini. Namun akhirnya mau
tak mau aku beranikan diri menerobos keramaian itu, beberapa dari mereka
menatapku penuh tanya dan tatapan tak suka, aku tidak mengerti dengan sikap
mereka, tapi akhirnya aku tahu, sepertinya mereka tidak mendapatkan ijin
memasuki gedung ini, mengingat akupun tak luput dari pertanyaan petugas
keamanan sebelum akhirnya aku mendapatkan ijin masuk dan dipersilahkan untuk
menunggu, tentu saja setelah aku menjelaskan dengan lengkap maksud dan tujuan
kedatanganku kesini. Tak lama kemudian aku mendengar suara riuh rendah teriakan
para gadis remaja diluar tadi, saat sebuah minibus datang dan berhenti tepat
didepan pintu masuk gedung ini, aku tak bisa melihat dengan jelas apa yang
terjadi, dan siapakah yang datang sehingga membuat para remaja diluar sana
terdengar cukup berisik dari tempatku duduk saat ini, di saat yang bersamaan
seorang pria berjalan menghampiriku dengan setelan jas rapi, “maaf, apakah ada
sesuatu yang bisa ku bantu ?” tanyanya sopan padaku, ah aku pikir dia Unno,
ternyata bukan, “aku, aku datang kesini untuk menemui seorang teman. Kami
bertemu 7 tahun yang lalu dan dia sempat memberikanku alamat tempat tinggalnya,
tapi karena ternyata dia tidak lagi tinggal disana, aku mendapatkan alamat
tempat dia bekerja dari seorang petugas kepolisian yang tinggal tak jauh dari
alamat tersebut” jelasku sedikit gugup, rasanya akupun bekerja pada perusahaan
yang cukup terkemuka di tempatku, tapi apakah sesulit ini jika ingin menemui
seseorang ? sepertinya baru kali ini aku harus menjelaskan alasan sedetail itu
bahkan pada seseorang yang baru pertama kali aku temui, “maafkan aku, tapi kau
tidak akan bisa bertemu dengannya saat ini, karena belakangan ini dia sangat
sibuk. Aku harap kau bisa mengerti, jika memang ada yang ingin kau sampaikan
padanya, aku bisa membantumu untuk menyampaikan hal itu padanya” jelas pria itu
padaku, tapi jujur bukan kalimat itu yang ingin aku dengar darinya, bukan
setelah aku menempuh perjalanan sejauh ini, “lalu, kapan aku bisa menemuinya ?”
tanyaku tak ingin cepat putus asa, aku juga berusaha berpikir bahwa mungkin
saja dia memang orang yang cukup penting diperusahaan ini dan sangat sibuk,
“maafkan aku, tapi hingga akhir pekan ini saja jadwalnya masih cukup padat”
jawab pria itu kemudian. Sulit untukku mempercayai begitu saja jika dia
memanglah sesibuk itu bahkan untuk beberapa hari kedepan !? “percaya padaku,
jika kau perlu menyampaikan sesuatu padanya, aku bisa menyampaikan langsung
pesanmu padanya, kau juga bisa meninggalkan nomor kontak yang bisa dihubungi
jika memang perlu ?” lanjut pria itu lagi, mungkin dia mengerti sedikit gurat
keraguan diwajahku. Akhirnya dengan sedikit berat hati akhirnya aku menitipkan
surat yang dari awal memang aku tuliskan untuknya yang tanpa kuduga kembali
lagi ketanganku itu, aku juga menitipkan kartu namaku, kalau saja dia akan
segera menghubungiku setelah dia membaca surat dariku, “baiklah aku akan
menunggu” ujarku akhirnya, “oh iya, apakah ada penginapan dengan harga murah
didekat sini ?” tanyaku tak ingin cepat putus asa, “ya kau memang harus sedikit
bersabar. Penginapan ? kau bisa pergi ke café di seberang jalan, kalau tidak
salah mereka menyewakan ruangan dilantai atas gedung” jawab pria berdasi itu,
“baiklah, terima kasih. Jangan lupa sampaikan pesanku padanya” pamitku akhirnya
dan berjalan pergi kembali kearah kerumunan para gadis remaja diluar sana,
namun belum sempat aku sampai dibibir pintu langkahku terhenti saat beberapa
pria masuk dan para petugas keamanan memberikan mereka jalan, kebeberapa pria
muda dan tampan tersebut terlihat melambaikan tangan dan melemparkan senyuman
kepada para kerumuman yang histeris melihat mereka. Tanpa terlalu memusingkan
hal tersebut, aku segera melangkah keluar gedung dan mencoba mendatangi café
diseberang jalan, berharap memang benar ada ruangan yang bisa ku tempati
setidaknya hingga aku berhasil menemui Unno.
Dan
ternyata café ini memang menyewakan beberapa kamar munngil untuk wisatawan
dengan tarif cukup bersahabat. Aku merebahkan tubuhku diatas kasur kecil dan
mencoba menenangkan sejenak pikiranku, juga tetap berdoa penuh harap semoga dia
segera membaca suratku dan langsung menghubungiku.
Siang
sudah berganti gelap, aku baru terbangun dari tidur siangku, setelah berganti
pakaian aku bersiap untuk segera keluar kamar sembari sedikit berkeliling dan
mencari makan malam. Entah hampir tiap menit atau mungkin detik aku mengecek
ponselku, berharap dia segera menghubungiku, serta foto kami saat 7 tahun yang
lalu, entah kenapa senyumannya di foto itu terlihat sedikit sendu untukku saat
ini, aku pun mulai merasa khawatir akankah aku bisa bertemu dengannya …?
Hari
kedua …bahkan sampai hari ketiga, masih juga belum kudapatkan kabar apapun darinya. Sedangkan besok akan menjadi hari terakhirku disini,
sesuai tiket yang sudah lebih dulu aku beli, penerbanganku besok sekitar pukul
2 siang. Pagi ini aku bangun jauh lebih awal untuk sedikit berjalan pagi, aku
rasa aku tak merasakan lagi jetlag setelah beberapa hari berada disini.
Aku
mengenakan setelan training berwarna pastel dan juga sebuah topi berwarna
sedikit lebih tua. Pagi ini aku mulai dengan sedikit berjalan cepat disekitar
area penginapanku, meskipun saat ini waktu belum menunjukan pukul 6 pagi tapi
suasana disini tidak menyeramkan sama sekali untukku berkeliaran seorang diri.
Tak
terasa aku sampai disebuah taman bermain kecil yang disebalahnya ada sebuah
lapangan yang tidak terlalu besar, aku memutuskan untuk duduk istirahat sejenak
disalah satu kursi taman, “ah permainan basketmu sangat payah !” teriak salah
seorang dari beberapa pemuda yang sedang bermain disana, dari tempatku duduk
aku bisa melihat beberapa dari mereka sedang bermain basket bersama. Aku
memakai topi yang tersambung langsung dengan jaket training ku, berusaha
melindungi udara dingin pagi yang segar namun tetap saja terasa begitu lembab,
perhatianku masih belum bisa terlepas dari para pemuda dilapangan itu, ah aku
semakin merindukan teman temanku, “hei kenapa kau tidak ikut bermain ?” tiba
tiba seseorang menepuk pundaku dari arah belakang, aku benar benar kaget dan
secara reflex berdiri dari dudukku dan memutar badanku kearah orang tersebut,
“oh maafkan aku, aku pikir kau salah satu temanku” ujar pria yang menegurku itu
beberapa detik setelah dia menyadari bahwa aku bukanlah salah satu dari
kelompok mereka, dan langsung melangkah pergi menuju lapangan, “tunggu !”
ujarku cepat, aku merasa seperti mengenalnya tapi entah dimana, lidahku terasa
kaku dan pikiranku seakan terhenti, tapi dimana ? aku sepertinya benar benar
pernah melihat pria itu, “ada apa, apakah aku mengenalmu ?” tanyanya
menghentikan langkahnya karena teriakanku, namun karena tak juga ada jawaban
dariku, dia akhirnya benar benar pergi menyusul teman temannya untuk ikut
bermain. Karena merasa tidak enak, akhirnya aku langsung memutuskan pergi dari
sana dan kembali kepenginapanku, aku pikir tak ada gunanya memikirkan pertemuan
barusan.
“Hei,
kenapa kalian tidak menungguku ? lihat, aku baru saja mendapatkan surat dari
manajer kita, dia mengatakan beberapa hari yang lalu ada seorang wanita yang
memberikan surat ini langsung kepadanya dan memintanya untuk menyerahkan surat
ini padaku” teriak pria tadi sesampainya dia dilapangan ditengah temannya yang
lain, “wah benarkah ? siapa dia, apakah dia cantik ?” tanya salah seorang dari
temannya, tanpa menjawab pria itu langsung mencoba membuka surat yang ada
ditangannya, “hm …disini tertulis bahwa namanya Anne. Entahlah aku tidak begitu
ingat, dia mengatakan bahwa kami pernah bertemu saat aku mengikuti pertukaran
pelajar” ujar pria itu membaca ringkas surat tersebut, “Unno ? hha …bagaimana
bisa dia memanggilmu Unno ?” sahut seorang teman yang lainnya, “Unno …hm, aku
tidak begitu ingat bagaimana awalnya aku mendapatkan panggilan seperti itu”
pikirnya berusaha mengingat, “tapi jika melihat gaya bahasa yang ia gunakan,
sepertinya kau cukup akrab dengannya ?” pendapat yang lainnya lagi tentang
surat itu, “benarkah ? astaga aku benar benar tidak ingat apa apa tentang hal
itu” keluhnya karena tidak bisa mengingat siapa pengirim surat tersebut, “oh
ya, manajer bilang dia juga meninggalkan kartu namanya” ingat pria itu yang
kemudian mengeluarkan kartu nama yang ia dapat bersamaan surat tersebut dari
sang menajer, “baiklah, mungkin besok atau lusa aku akan mencoba menghubunginya”
ujar pria itu lalu melipat kembali surat tersebut, dan memasukannya disaku
pakaiannya, sebelum akhirnya mereka melanjutkan permainan basket mereka.
Hari
ini, adalah hari terakhirku dikota ini, tak bisa aku percaya ternyata
kedatanganku kesini sangatlah sia sia, meskipun aku sempat berkeliling kota dan
menikmati liburanku disini, tapi tetap saja tujuan utamaku kesini ialah untuk
menemui Unno. Sebelum akhirnya aku benar benar berangkat kebandara, untuk
terakhir kalinya aku menyempatkan diri menanyakan kembali apakah ada sedikit kemungkinan
untuk aku bisa menemuinya dikantornya, aku benar benar berdoa sekalipun
kemungkinan itu kini sangatlah kecil, aku sangat ingin bertemu dengannya.
“Maaf,
dari nama yang kau sebutkan dan foto orang yang ingin kau temui, sepertinya ada
sedikit kekeliruan, tapi dia bukanlah Unno. Orang orang biasa memanggilnya
Junho, kau hanya terlambat beberapa menit saja datang kemari. Karena mobil yang
barusan pergi tadi adalah rombongan mereka, hari ini mereka akan berangkat ke
Jepang. Apakah kau tidak tahu grup idola yang bernama 2PM ? pria yang kau cari
itu adalah salah satu dari angota grup tersebut” ujar seorang pegawai wanita
yang aku tanyai saat aku datang kekantornya kali ini.
Astaga
bodohnya aku ! ya, tentu saja aku tahu nama lengkapnya, tapi bagaimana bisa aku
tidak peka seperti ini ? tak pernah terpikirkan olehku untuk mencari tahu
tentang perusahaan yang sudah beberapa kali aku masuki ini, rasanya aku ingin
menangis atau bahkan teriak saat ini juga ! kenyataan bahwa aku sama sekali tak
mengenalinya sedikitpun, tidak mengetahui apapun tentang statusnya saat ini,
benar benar membuatku hampir gila, bahkan saat ini …mereka sudah jauh lebih
dulu pergi. Aku mencoba mengontrol diriku dan berusaha kembali meminta pegawai
tersebut memastikan apakah yang dia lihat benar, dan tetap saja wanita itu
mengatakan 100% bahwa orang yang digambar itu ialah Lee Junho !!
Bodoh
bodoh bodoh ! apa saja yang sudah aku lakukan selama ini ??
Jika
memang kenyataannya seperti itu, sangatlah sulit bahkan hanya untukku
memikirkan kemungkinan dia akan menerima dan membaca surat dariku ! bagaimana
mungkin aku bisa sebodoh ini ?? kenapa tidak terpikirkan dari awal olehku untuk
mencari tahu semuanya setidaknya sejak aku mengetahui nama perusahaan tempatnya
bekerja ? entahlah aku merasa seperti orang yang sangat dan benar benar bodoh
didunia ini. Aku bahkan pergi seorang diri dengan tak pernah menduga sama
sekali hal seperti ini akan terjadi.
Selama
ditaksi diperjalanan menuju bandara, aku tak berhenti menyesali kebodohanku,
bahkan rasanya aku sangat tidak peka terhadap apa yang terjadi dengan dunia
disekitarku, setidaknya jika saja selama ini aku tidak terlalu gila bekerja dan
berusaha mengumpulkan semuanya untuk pergi menemuinya …oh Tuhan ada apa denganku
??
Sesampainya
dibandara aku langsung mencoba mencari tahu segala informasi melalui ponselku,
aku ingin memastikan tentang informasi yang aku dengar barusan tentangnya,
setelah membaca beberapa fakta tentang perusahaan tersebut, aku akhirnya
menyadari betapa banyaknya kesalahan yang sudah aku lakukan selama berhari hari
disini, aku memang mengetahui nama lengkapnya, dan memang aku mendengar
teriakan mana itu beberapa hari sejak aku disini, namun bukankah bisa saja ada
1 juta orang diluar sana yang memiliki nama yang sama dengannya ? jadi tak
pernah terpikirkan sejauh ini oleh ku tentangnya, tentang teman yang sudah 7
tahun ini selalu aku rindukan itu.
Aku
melangkah berat menuju lift untuk naik keruang tunggu penumpang, rasanya aku
belum bisa menerima pulang tanpa hasil setelah aku menempuh semuanya seorang
diri, “Anne !” sebuah suara tiba tiba menghentikan langkahku secara otomatis,
aku membalikan badanku kearah sumber suara untuk memastikan bahwa pendengaranku
tidak salah, “apakah kau akan pergi begitu saja ?” ucap seorang pria dengan
suara yang sama tersenyum padaku, selanjutnya dia melepas topi serta kacamata
yang ia gunakan, lalu ia mengacak rambutnya secara tak beraturan sambil terus
tersenyum kearahku, “apakah kau ingat siapa aku ?” ujarnya lagi, astaga ! tanpa
menunggu aku langsung berlari kearahnya dan memeluknya erat, seolah aku tak
pernah ingin melepaskannya lagi dari pelukanku, “aku sangat merindukanmu !”
teriakku memukul tubuhnya pelan, “benarkah ? kau beruntung karena seseorang
dari perusahaan mengatakan padaku bahwa ada yang datang mencariku tadi” ujar
pria itu kembali mengenakan topinya, tapi tetap menggenggam kacamata disebelah
tangannya, “kau masih memanggilku dengan nama itu ?” tawa pria itu membuat
matanya nyaris tak terlihat, “baiklah, Junho. Lee Junho” jawabku tak ingin
berdebat tentang hal itu padanya, “kalau saja aku tidak harus naik penerbangan
berikutnya, mungkin kita tidak akan bisa bertemu disini” sambung Junho lagi, ah
aku benar benar tidak percaya bahwa dia sama sekali tidak berubah, dia masih
seperti seorang teman yang ku kenal dulu, bertahun tahun yang lalu, hanya
penampilannya saja yang terlihat jauh berubah, setelah 7 tahun aku tidak
melihatnya penampilannya kini jauh terlihat lebih baik.
Akhirnya
kami naik lift bersama menuju ruang tunggu keberangkatan, aku bahkan melihat
pria yang waktu itu membantuku menyerahkan suratku pada Junho ikut bersama
beberapa orang yang lainnya, “maafkan aku, kalau saja aku bisa mengingatmu
lebih awal dan segera menghubungimu, mungkin kita bisa sedikit punya waktu yang
cukup panjang untuk bertemu” ujarnya saat kami keluar dari lift, tapi menurutku
dia akhirnya mengingatku saja, sudah lebih dari cukup untukku, “kau tidak perlu
khawatir, dalam waktu dekat kami pasti akan melaksanakan konser dikotamu. Dan
kita bisa bertemu lagi, kau akan datang bukan ?” tanya Junho lagi padaku,
“tentu, aku akan menunggumu” jawabku dan dia pun merangkul tangannya diatas
pundakku, “jadi, ini sudah waktunya kita berpisah ?” tanya Junho akhirnya
setelah terdengar pengumuman bahwa sudah waktunya aku naik ke pesawat, tak lagi
aku lihat senyuman diwajahnya detik itu, aku tidak langsung menjawab
pertanyaan, aku justru memasangkan sebuah gelang yang melingkar disalah satu
tanganku dan memasangkannya pada pergelangan tangannya, “kita belum akan
berpisah …” jawabku mecoba tersenyum, “…kita baru saja akan bertemu kembali.
Jaga dirimu teman” jawabku mengakhiri pertemuan kami dengan kembali memeluknya.
Jaga
dirimu teman, pastikan padaku bahwa kau akan selalu bersinar dan selalu baik
baik saja. Aku akan selalu menunggu kesempatan untuk bertemu lagi denganmu,
sampai jumpa.
Sukses
untukmu …
Dari
teman 100 hari mu, 7 tahun yang lalu, Anne …
.....[finish]
Komentar
Posting Komentar