Langsung ke konten utama

cerpen Q lagi

Pagi ini udara di ibu kota memang cukup membuat tenggorokan selalu terasa kering, musim pancaroba kali ini, seluruh masyarakat kota seolah harus bekerja di tengah terik sinar sang mentari, tak terkecuali bagi anak-anak sekolah yang saat ini sedang menghadapi musim ujian kenaikan kelas. Firman berlari tergopoh-gopoh saat menuju kelasnya, karena ia sadar betul bahwa ia telat mengikuti ujian untuk pagi ini, karena semalam ia harus mengerjakan kerja sambilannya untuk menambah uang saku bulanannya.

Waktu saat ini menunjukan pukul 12 siang, dan koridor sekolahpun sudah terlihat lenggang karena waktu ujian sudah selesai beberapa menit yang lalu, “hei ! loe hari ini ada waktu nggak ? temenin gw ke toko buku yuk !” ajak seseorang pada Firman sewaktu ia berdiri di bawah pohon sambil menyeruput sebotol air mineral, “elo Yas ? emang harus hari ini ya ? ng… gimana ya ?” jawab Firman sambil berfikir, “Tyas !!!” ujar seseorang lagi dari kejauhan memanggil, “Yas, loe di panggil oleh Vina ama Sandra di ruangan Osis tuch !” ujarnya lagi setelah mendekat, “Ray ? loe belum balik ? katanya tadi loe pengen buru-buru latihan baseball ?” tanya Firman heran dengan temannya satu itu, “oh, iya nich tapi anak-anak tim bilang latihannya agak sore, karena Jakarta panas banget…!!! Eh, Tyas loe udah di tungguin tuch !” jawab Ray sambil mengingatkan Tyas kalau dia sedang ditunggu oleh kedua temannya, “iya dech, gw kesana dulu ya ? bye…” ujar Tyas sambil lalu.

Anak-anak SMA Negeri 99 memang sering berkumpul di trotoar yang ada di depan gerbang sekolah, tapi kalo Firman cs pasti bakalan ngumpul di bawah pohon yang sebenernya hanya satu-satunya berjenis seperti itu, pohon cemara memang tempat favorit mereka berlima, karena sejak pertama kali ketemu pada saat MOS hingga saat ini mereka hampir setiap saat berkumpul dibawah pohon tersebut, sebenarnya ada satu cerita yang membuat mereka cukup ngeri kalo berdiri dibawah pohon tersebut, karena tepatnya sekitar 5 tahun yang lalu, ada siswa yang menemukan potongan mayat korban mutilasi di bawah pohon tersebut dan ternyata mayat tersebut adalah salah satu siswi sekolah mereka, tapi karena mereka belum pernah melihat secara langsung, 5 sekawan itu sedikitpun tidak menggubris gosip tersebut.

“Marsya…? Loe ngapain sendirian malem-malem gini di depan sekolah ? mau gw anterin nggak ? kebetulan gw baru aja kelar latihan baseball” ujar Ray saat melintas di depan sekolah dan menghentikan laju motornya saat melihat teman sekelasnya Marsya berdiri sendirian di bawah pohon, “hey ! jawab donk, gw anterin ya ?” tanya Ray lagi, dan tanpa menjawab sepatah katapun, Marsya naik ke atas motor Ray, dan Ray pun langsung tancap gas menuju rumah Marsya, “nah, udah sampe nich ! gw langsung balik ya ?” ujar Ray lagi, dan sama seperti sebelum-sebelumnya, Marsya tak sedikitpun mengeluarkan suara. Keesokan paginya, Ray langsung menghampiri Marsya yang lagi asik buat contekan untuk ujian bahasa jerman pagi ini, “Sya, semalem loe ngapain sich ? sendirian di tempat biasa ?” tanya Ray yang semalam pertanyaannya belum terjawab, “ha ? maksud loe, di pohon ? eh di bawah pohon ?” tanya Marsya heran, “iya…semalem kan gw nganterin loe sampe rumah…masa loe lupa sich ?” tanya Ray lagi, “kayaknya ntu bukan gw dech, soalnya gw kemaren selain sekolah, gw full stay at home J,,,” jawab Marsya yang merasa tadi malam nggak keluar rumah, “serius lho ?!” tanya Ray kaget dan otaknya langsung tersambung pada cerita pohon cemara tersebut, “napa sich ? muka loe kok pucet githu ?” tanya Vina yang baru aja sampe di kelas, “nggak tau tuch, masa tadi Ray bilang kalo semalem dia ngeliat gw di bawah pohon tempat kita biasa ngumpul terus dia sempet ngenterin gw sampe rumah, jelas-jelas gw nggak kemana-mana seharian selain sekolah…” ujar Marsya menceritakan kepada Vina, dan detik itu juga seisi kelas terdiam dengan isi pikiran masing-masing tantang pohon cemara tersebut, “jangan asal dech…” ujar Vina sambil menyikut lengan Marsya, “serius, gw nggak bohong ! suer dah !!!” ujar Marsya lagi, “teru…s yang gw anterin pulang semalem siapa donk ?” tanya Ray nyaris tak bersuara, “ng, gimana kalo kita ajak anak-anak yang laen ketemu, sesudah ujian ntar ?” usul Vina karena mulai nyambung dengan yang dikatakan oleh dua temannya itu, setelah bubaran sekolah mereka berlima ditambah dengan Marsya langsung nimbrung di bawah pohon cemara favorit mereka, “disini ? tanya Firman untuk kesekian kalinya memastikan benar atau nggaknya cerita sohibnya yang satu itu, “ni anak bawel ya? Gw bener-bener ketemu dengan Marsya tadi malem disini…!!!” ujar Ray sedikit jengkel karena teman-temannya tidak juga percaya pada dirinya.

Malam harinya, mereka semuanya janjian berkumpul di rumah Sandra untuk berangkat bareng ke sekolah demi penyelidikan cerita Ray itu, habis mereka penasaran banget dengan pohon kesayangan mereka itu, “guys, Marsya mana sich ? kok dia ngaret gini, ntar yang ada malah kemaleman lagi…” gerutu Vina yang sudah nggak sabaran lagi cabut ke sekolah, “sabar buk…lagian loe emang kangen berat ya sama kembaran loe ntu ?” jawab Firman ngeledek Vina, “yey ! gw manusia bukan…” belum sempat Vina menyelesaikan kalimatnya, suara mobil Marsya terdengar dan detik itu juga lampu rumah Sandra padam, semua anak-anak cewek dari Tyas sampe Sandra pada teriak histeris, “ssttsstttt___ silent please !” ujar Firman dan Ray nyaris bersamaan, “holla…spada ???” terdengar suara Marsya yang berteriak dari luar rumah, “ntar, kita lagi nyariin senter !” jawab Firman sambil terus mencari-cari yang namanya senter, “Ray, loe tetep disini biar gw yang bukain pintunya !” ujar Firman sambil beranjak dari ruang tengah, mereka sadar betul kalau posisi mereka saat ini sedang tidak aman, karena misi mereka hari ini terkesan nekat untuk dilakukan, tapi yang namanya anak-anak ABG yang katanya selalu pengen tau dan penasaran pengen ini-itu, akhirnya mereka tetap pergi ke sekolah.

Di ibu kota, nggak jam kerja atau jam berapa aja pasti tetap macet dimana-mana, apalagi malam ini hari sabtu, hari weekend di mana hampir setiap orang pada hangout keluar rumah, “horee…sampe !” ujar Marsya girang, nggak seperti anak-anak cewek yang lain yang justru udah merinding duluan, “heh, anak PA ! kita ini mau uji nyali, bukan mau camping, loe kok happy banget sich ?!” tanya Tyas yang sebenernya lebih tomboy dari Marsya, “udah, turun yuk ! inget ya ? kita Cuma mau ngomong baik-baik, bukan minta ini itu !” ujar Firman di susul anggukan kepala Ray, dan mereka semua segera turun dari mobil dan berbaris mengelilingi pohon cemara tersebut, “ng…terus kita ngapain sekarang ?” tanya Sandra blank karena ketakutan duluan dan lupa harus ngapain, tanpa ada yang menjawab, semuanya pada memejamkan mata dan mengosongkan pikiran masing-masing.

Keesokan paginya sekolah yang sebenarnya udah nggak terlalu ada aktifitas yang berarti lagi, tapi malah hari ini hampir semua siswa pada ngumpul di kelas XI A2, dan pada penasaran pengen dengerin hasil yang didapet oleh Firman cs, “oh, masa sich ? kalian jangan suka buat gossip macem-macem donk…!” potong salah satu siswa yang nggak percaya dengan cerita yang dia denger, “serius…ternyata potongan tubuh mutilasi itu belum lengkap, terus katanya, sebenernya dia itu cowok bukan cewek dan bukan siswi atau siswa 99…” ujar Ray meneruskan ceritanya, “maksud loe …?!” tanya siswa yang lain, “duch, dia itu banci yang sering mangkal di deket halte depan skul kita trus, dia mati dikeroyok oleh temen-temennya trus tubuhnya dipotong-potong jadi 8 bagian oleh sesama banci ! ha…ha…ha…” ujar Sandra ikutan nimbrung meyakinkan teman-tmannya yang lain, disusul dengan tawanya yang merasa kalau cerita tentang korban mutilasi itu justru sangat menggelikan, “jadi, maksud kalian ntu hantu banci ? J ada-ada aja sich ?” ujar yang lainnya lagi-lagi menanggapi cerita dari Firman cs.

Sejak detik itu, bulan itu, bahkan setelah mulai tahun ajaran baru, semua siswa 99 justru lebih sering menganggap bahwa pohon cemara itu memiliki kisah yang menarik, aneh tapi lucu J, bahkan yang katanya roh halus yang biasanya suka nongol malem-malem di bawah pohon tersebut sangat menakutkan, justru hampir nggak ada kabar lagi tentang dirinya, dan semua orang yang biasanya ngeri kalo melintas di depan SMAN 99 justru saat ini merasa aman dan enjoy J “ada-ada aja sich… hantu itu, biasanya ada di pohon beringin ! terus kalo nggak cewek pasti cowok dong…? Tapi yang ini, ha…ha…ha…J” oceh Sandra kepada Vina dan Tyas saat mereka merayakan kelulusan bersama Firman dan juga Ray, dan mengenang cerita-cerita seru mereka selama mereka memakai seragam putih abu-abu, di dalam benak merekapun, mereka berjanji nggak akan melupakan persahabatan mereka berlima + Marsya dan tentunya si Pohon Cemara J.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jori King - Love At First Sight Lyrics + DL

(x2)  She got me feelin like  Uh uh oh whoa oh  Uh uh oh whoa oh oh yeah  *Beginning Chorus*  And I never felt this way before  And I wanna give you all my world cuz  You you make me believe in love at first sight  And I do, yes I do, I-I do, yes I do  You you make me believe in love at first sight  And I do, yes I do, I-I do, yes I do  *Verse 1*  Girl you make me believe in things I've never seen  And it's a trip to me how she got me feelin weak  I just don't understand I was the type of man  That could care one less about a girl yet here I am  I don't know what to say think bout everyday  I must admit that I hate whenever you're away  I don't know what to do cuz when I think of you  Somethin happens to me babe  *Pre-Hook*  Oh pretty girl I really don't think that you know  How strong or deep my love for you can go  I never thought it could happen to me  But baby girl I'm starting to believe  Believe in love at first sight  And girl I love that it's

[Review] Sebongkah Kerinduan

Hai 2015. Hai para penjelajah blog, kali ini saya kembali dan ingin mencoba untuk menulis sebuah review buku, karena sebelumnya saya belum pernah menulis review buku, jadi saya akan mencobanya dengan menulis tentang buku saya sendiri, mungkin kalian akan berfikir saya melakukan ini dengan sedikit tujuan seperti promosi atau mungkin membanggakan karya saya sendiri, tapi kalau anda meneruskan membaca review ini, saya yakin anda pasti akan berfikir sebaliknya, jadi …. Bagaimana kalau kita mulai sekarang ? Judul : Sebongkah Kerinduan Penulis : Tsanamilta Amirah Penerbit : Mozaik Indonesia Cetakan Pertama : 2013 Oke, untuk kalian ketahui, sebenarnya saya sudah menyelesaikan novel ini 2 tahun sebelumnya, dan novel pertama saya ini sebenarnya adalah naskah ke dua yang saya kirimkan pada pihak penerbit yang sama, [jangan tanya kemana naskah pertama saya saat ini karena kalaupun naskah itu rilis atau dibukukan, pasti orang orang akan mengira saya melakukan plagiat te

tentang aku (dan buku harian ku)

aku dan diaryku mungkin di dunia ini semua orang memiliki buku harian sebuah agenda yang nyaris berisikan tentang keluh kesah yang keseluruhan isinya hampir bersifat sangat pribadi dari kegiatan kita sehari hari dan … dan biasanya tak satupun orang yang kita izinkan yang kita beri kesempatan untuk membacanya tapi tidak dengan diriku aku bukanlah orang yang mahir membuat sebuah tulisan yang menceritakan kegiatan kita seharian penuh, sesaat sebelum kita tidur dan sebelum selimut hangat mengantarkan kita kebunga mimpi jika kalian ingin tau, diaryku bukanlah seperti bukan seperti diary pada umumnya melainkan sebuah rangkaian kata kata yang mungkin jika seseorang membacanya akan terlihat dan terkesan seperti lembaran lembaran puisi, ya memang! jika kau ingin mengetahui buku harianku, hampir semuanya bahkan tiap lembarnya nyaris beruba tulisan puisi Jadi, aku dan diaryku hingga sekarang tak pernah berpisah, meskipun kadang harus terganti, tapi tetap saja akan terjaga kenapa ? karena hanya