Langsung ke konten utama

Dealova masa SMA™ 3


Rio saat ini sedang berjalan beriringan dengan Keke menuju gerbang sekolah, bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 1 jam yang lalu, tapi mereka baru bisa pulang sekarang karena sedari tadi mereka nungguin Iyel yang harus rapat Osis yag kebetulan Rio juga salah satu perangkat Osis, “Ke ? lo laper gak ?” tanya Rio pada adiknya itu, “banget tau!” jawab Keke singkat, ia sedikit kesal karena sudah lama menunggu tanpa kegiatan yang jelas, “ya udah kita makan siang dulu yah, gw teraktir deh” kali ini Iyel ikut nyamber obrolan mereka, “wah, asik nih! bisa makan besar siang ini” jawab Rio sambil mengelus ngelus perutnya membayangkan akan makan enak, “tapi jangan ada yang nambah ya” lanjut Iyel lagi, Rio terdiam mendengar peringatan kakaknya itu, sedangkan Keke hanya tertawa, karena dia tau kalau Iyel pasti sedang bercanda, terang aja Iyel ngomong begitu, biar Rio berenti ngelantur, ada ada aja !
Kini ketiga kakak adik itu sedang makan bersama di salah satu café yang berlokasi gak jauh dari sekolah mereka, “Ke, gimana ? udah dapet banyak temen baru ?” tanya Rio sesaat sebelum memasukan makanannya kedalam mulut, “udah kak, temen baik baik kak, aku suka dengan mereka semua” jawab Keke sambil tersenyum, “hush! Kalo makan gak boleh ngobrol” ucap Iyel sambil mendekatkan jari telunjuknya ke bibirnya, “hm, biasanya juga dia yang ngajakin ngobrol duluan” cibir Rio pada kakaknya itu, “yah, tapi kali ini peraturannya beda Iyo” jawab Iyel lagi, “aduh, dua kakak ku ini udah deh, buruan makan, setelah ini jadi kan ke toko bukunya ?” ujar Keke melerai keduanya, dan mengingatkan rencana mereka sepulang sekolah tadi untuk mampir ketoko buku.
***
          Setibanya dirumah, Rio segera masuk ke kamarnya untuk mandi, karena mereka baru saja tiba di rumah setelah tadi sempat ke toko buku dan membeli beberapa buku disana, “Rio, apa ini ?” tanya papanya yang ternyata ada di dalam kamar saat Rio baru masuk kamar, “Papa ?” jawab Rio kaget, dia bingung harus berkata apa, “ini apa Rio ?” tanya Papa lagi kali ini lebih menegaskan kalimatnya, “itu, itu buku musik Pa” jawab Rio jujur, dia takut jika papanya akan meledak sebentar lagi, “sudah berapa kali Papa bilang ! Papa gak suka kalau kamu ngelakuin hal hal yang ada hubungannya dengan musik ! kamu tau itu Rio” ujar Papa yang tiba tiba marah dan sedikit berteriak, “tapi Pa…” “gak ada tapi tapian ! kalau masih ada 1 saja Papa liat lagi ada sesuatu yang berhubungan dengan musik di rumah ini! Papa gak akan segan segan membuangnya ! kamu ngerti ?” potong Papa lagi, kali ini Rio benar benar takut, ia juga gak berani menatap Papanya yang sedang emosi saat ini, setelah Papanya keluar dari kamarnya, Rio langsung merapikan buku buku musik yang berantakan dikamarnya, ia sangat kaget, bagaimana orangtunya itu bisa menemukan buku buku itu ? padahal Rio sudah menyimpannya ditempat paling aman.
          Malam ini, hujan turun dengan sangat derasnya dan tak jarang juga terdengar petir dan kilat dari luar sana, pukul 1.23 Rio masih terjaga dari tidurnya, dia masih memandangi buku buku musik yang tadi baru saja ia rapikan, serta beberapa buku musik yang tadi juga baru ia beli sewaktu ketoko buku. sudah lama Rio diam diam membeli buku buku musik, dan mempelajari serta menyimpannya di tempat yang paling aman baginya, tapi kejadian tadi sangat membuat Rio takut, sebenarnya ia tak pernah ada niat sama sekali untuk membuat Papanya marah, karena Rio juga sangat tau alasan kenapa Papanya sampai marah dan melarangnya untuk bersentuhan dengan musik.
#Flashback
            Sekitar 15 tahun yang lalu, saat itu Rio masih berumur 8bulan dan Iyel sudah nyaris 2 tahun, kedua orang tua mereka yang seorang musisi mengadakan konser amal untuk membantu korban bencana alam yang terjadi pada waktu itu, mama Rio dan Iyel yang seorang penyanyi terkenal saat itu menyanyi dengan penuh semangat, diiringi sebuah band yang salah satu personilnya yaitu Papa mereka sendiri, konser berjalan sukses dan sudah dapat dipastikan, bahwa saat itu mereka akan pasti berhasil mengumpulkan dana yang cukup besar, hingga suatu ketika … salah satu penonton mengamuk dan berbuat onar, lalu terjadilah peristiwa berdarah itu, berntrokan antar penonton tak dapat di hindari meskipun oknum polisi sudah datang malam itu, dan ternyata ada salah satu peserta yang saat itu sedang mabuk dan langsung menarik Mama mereka untuk turun dari panggung, namun karena semua personil band menahan dan melarang penonton itu, lalu penonton itu marah dan ternyata ia langsung mengambil sebilah pisau dari belakang bajunya dan … malam itu, malam terakhir bagi Mama mereka, karena ia terbunuh setelah terkena luka bacok tepat di dada sebelah kirinya.
Sejak saat itu juga Papa mereka berjanji tidak akan lagi melakukan sesuatu yang bisa membuatnya teringat akan mendiang istrinya itu, karena itu pasti sangat menyakitkan baginya, dan setengah tahun kemudian Papa mereka bertemu dengan ibunya Keke, lalu mereka memutuskan untuk menikah dan berjanji untuk tidak pernah membuka memori masa lalu yang suram itu.
          Saat Iyel berumur 10 tahun, tiba tiba  Papa mereka mengajak mereka kesebuah makam, dan disanalah Iyel dan Rio mengetahui semuanya, ternyata Ibu mereka sudah lama meninggalkan mereka semua, dan ternyata Keke bukanlah adik se-Ibu mereka, dan wanita yang selalu mereka panggil dengan sebutan Mama selama ini ternyata adalah ibu tiri mereka, untunglah wanita itu selalu memperlakukan mereka dengan sangat baik, dan sejak saat itu juga Iyel dan Rio tau kenapa Papa mereka sangat membenci hal hal yang berhubungan dengan musik, meskipun Papa mereka mengakui bahwa darah seni mengalir kuat dikeduanya, namun Iyel dan Rio juga tak ingin membuat Papa mereka bersedih.
          Keesokan paginya, Rio memilih untuk pergi lebih awal dan membawa kendaraannya sendiri ke sekolah, tanpa sepengetahuan Iyel, Keke apalagi kedua orangtuanya, ia mengendarai motornya dengan kecepatan standar, pikirannya masih melayang jauh karena kejadian semalam, ia masih bingung harus bagaimana lagi, kini di umurnya yang sudah genap 16 tahun, ia merasa bosan selalu sembunyi sembunyi melakukan hobinya dalam bermusik, tidak jauh berbeda dengan Iyel yang bekerja sebagai penyanyi café, tapi sepengetahuan orang tua mereka, ia menjadi seorang kasir di café itu. dan setelah membelokan motornya di 2 tikungan tajam, lalu Rio memasuki sebuah komplek pemakaman dan menepikan motornya.
***
          Iyel mengganti seragamnya dengan kemeja dan jaket yang dia bawa dari rumah, hari ini ia akan kembali bernyanyi di café tempat ia bekerja, lagu kedua sudah hampir selesai ia nyanyikan, beberapa menit kemudian ponselnya berdering, menandakan sebuah sms masuk, lalu ia turun sejenak dari panggung kecil tempat ia bernyanyi,
‘kk iyel, kk rio belum pulang dri siang tdi’
kurang lebih begitu isi sms Keke barusan, ya sejak pulang sekolah tadi Iyel langsung ke rumah Kiki untuk mengerjakan tugas, jadi Keke hanya diantarkan pulang olehnya. Dan setelah dari rumah Kiki, ia langsung menuju ke tempat ia bekerja, lalu karena merasa heran, Iyel langsung berusaha menghubungi ponsel Rio, ‘ah! Kenapa gak diangkat sih ? kemana lagi nih anak!’ gerutu Iyel di dalam hati, karena gak biasanya Rio seperti ini,
‘kk, gmn ?’
lagi lagi sms masuk dari Keke, sepertinya adiknya itu cemas karena memang Rio bukanlah anak yang suka keluyuran gak jelas di luar rumah, apalagi, ini sudah nyaris lewat pukul 8 malam.
***
          Saat ini lagi lagi hujan turun dengan derasnya, untung saja Iyel tadi membawa mobilnya jadi ia tidak akan basah basahan pulang dari bekerja malam ini, saat ia baru tiba didepan rumah, ia melihat Rio berdiri didepan pagar rumah mereka dengan basah kuyup dan motornya dibiarkan terparkir diluar, dia sendiri belum juga masuk kedalam rumah, melihat itu, Iyel langsung turun dari mobilnya tanpa memperdulikan hujan yang turun dengan derasnya saat itu, “lo ngapain disini ? kenapa lo gak masuk ?” tanya Iyel sambil sedikit berteriak, karena suaranya berlomba dengan derasnya hujan, tapi Rio hanya diam tak mengucapkan satu katapun, dan Iyel tau bahwa adiknya ini sudah sangat menggigil kedinginan, bibirnya pun mulai membiru, Iyel lalu segera membuka pagar rumah mereka dan mengajak Rio masuk, bahkan Iyel juga yang memasukan motor Rio ke garasi, “kak Rio ? kakak kenapa basah basahan gini ?” tanya Keke saat membuka pintu, ternyata ia masih belum tidur, dan memang sengaja menunggu kedua kakaknya pulang, “Keke ? kamu belum tidur ?” tanya Iyel kaget, sambil mengibas ngibaskkan bajunya yang basah terkena hujan, “aku nungguin kak Iyo sama kak Iyel pulang” jawab Keke dengan tatapan khawatir, lalu tanpa berbicara apapun, Rio langsung meninggalkan mereka berdua dan masuk kekamarnya, Iyel dan Keke hanya bisa saling pandang gak ngerti dengan Rio, Iyel pun segera menuju kamarnya untuk berganti pakian, sedangkan Keke segera membuatkan minuman hangat untuk kedua kakaknya.
***
          Satu bulan sudah berlalu, hari ini sekolah akan mengadakan kuis untuk evaluasi bulanan, yang memang dilakukan layaknya ulangan kenaikan kelas, “Ke, kamu baru dateng ?” tanya Acha saat Keke baru memasuki kelas, “iya Cha, gimana kamu sudah siap untuk kuis hari ini ?” ujar Keke nanya balik,
“huhff, siap gak siap sih! Hha…”
“oh iya Ke, tadi malem aku dinner di café bareng mama ku, berdua aja sih, nah waktu aku dateng, aku liat kakak kamu lagi nyanyi di café itu…”
“oh ya ? hm, kamu salah liat kali ? kakak aku itu memang ada yang kerja di café tapi sebagai kasir, bukan penyanyi café”
“oh ya ? hm, masa sih ? tapi dia mirip banget dengan kakak kamu, yang itu lo, Gabriel! gak mungkin aku salah liat, kan dia sering maen kerumah ?”
“hm, iya deh nanti aku tanyain, semoga kamu salah liat yah Cha”
“oke, eh, kenapa emangnya kalo aku gak salah liat Ke ?”
“ng, gak apa apa sih, hhe” jawab Keke berusaha menanggapi dengan santai cerita Acha barusan dan segera duduk di tempat duduknya, karena kuis akan segera dimulai.
          Setelah menyelesaikan kuisnya, Rio segera meninggalkan kelas, sebelum kuis berikutnya akan di mulai, dia berjalan menelusuri koridor sekolah menuju suatu ruangan yang biasanya selalu jadi tempat favoritnya jika sedang ada waktu luang, entah itu hari sekolah atau pun tidak. dia melangkah masuk dan menutup pintu ruangan itu secara perlahan, lalu ia mengambil salah satu gitar yang tertata rapi disana. benar. ini adalah ruangan musik, namun Rio selalu keruangan ini saat tak ada seorangpun disana, “ku buka album biru, penuh debu dan usang, kupandangi semua gambar diri kecil bersih belum ternoda…” ujar Rio mulai memetik gitar dan bernyanyi sambil memejamkan matanya, ia menyanyikan lagu itu penuh dengan penghayatan, sembari menahan kesedihannya yang mendalam hanya untuk dirinya sendiri, “…oh bunda ada dan tiada dirimu kan selalu ada di dalam hatiku…” ujar Rio mulai terisak, dan memutuskan untuk mengakhiri permainan gitarnya, meskipun tak ada setetespun air mata yang jatuh, namun hal itu sudah cukup menyiksa batinya sendiri, (jangan di bayangin yah! Penulis aja ikut sedih ngebayanginnya), perlahan ia membuka matanya, betapa kagetnya ia, ternyata didepannya sudah ada Ify disana, ya Ify sebenearnya masuk ke ruangan itu tidak lama setelah Rio memasuki ruangan itu, namun dia tak ingin mengganggu adik dari sahabatnya, “Ify ? lo sejak kapan disitu ?” tanya Rio kaget, dan berusaha menutupi kesedihannya, tapi Ify tidak langsung menjawab pertanyaan Rio, namun dia langsung berjalan memasuki ruangan piano tempat ia sering menghabiskan waktu luang disekolah, dan Rio membuntuti langkahnya, tanpa sepatah katapun, Ify memainkan lagu yang sama namun ia tidak menyanyikannya, “Rio, gw gak tau apa yang lagi terjadi dengan lo, tapi yang harus lo tau lo masih punya banyak tempat untuk bercerita atau berbagi …” ujar ify memulai kalimatnya diiringi backsound lagu tersebut, “gw mungkin bukan siapa siapa lo, tapi gak ada salahnya kan lo cerita ke gw ? dan yang lo perlu tau, gw hampir setiap hari main piano disini” lanjut Ify lagi, dan Rio masih berdiam diri mematung didepan pintu, ia tak berani melangkah mendekat, “lo masih gak mau cerita ? okelah gak masalah buat gw, tapi kalo gw boleh komentar, permainan gitar lo tadi, serta penghayatan lo di lagu itu, luar biasa ! gw ngerasa lo nyanyiin lagu itu dengan sepenuh hati lo, suatu saat, gw boleh kan duet dengan lo ?” ujar Ify lagi, dan kali ini dia menghentikan permainan pianonya, “tolong, tolong lupain kejadian yang lo liat barusan, anggap aja hal itu gak pernah terjadi, dan satu lagi, gw mohon dengan lo, jangan lo kasih tau dengan satu orangpun, termasuk Iyel…” ujar Rio dengan tatapan kosong, lalu sejenak menarik nafas panjang, dan pergi meninggalkan Ify yang masih duduk di ruangan piano, Ify tau Rio pasti memiliki alasan yang kuat tentang perkataannya barusan, dan Ify bukanlah orang yang bisa begitu saja lupa akan suatu hal, mau tidak mau dia sudah terlanjur tau, dan sesuai permintaan Rio tadi, dia akan merahasiakannya, karena untuk melupakan hal itu, sangat sulit baginya.
***
          Ray saat ini sedang duduk dipinggir kolam ikan peliharaannya di taman belakang rumahnya, yang lokasinya persis di depan jendela kamarnya, malam ini Ray ingin sekali melihat bintang, dan ngobrol dengan ikan ikan peliharaan miliknya, tapi karena malam ini mendung, Ray tidak melihat 1 bintangpun dilangit, “woy ikan ! yah, pada rebutan, gw pengen curhat nih, kalian jangan makan terus donk…” ujar Ray saat menaburkan makanan ikan sambil mengajak ikan ikannya berbicara, padahal dia tau, kalau ikan gak bakal bisa ngejawab curhatan dia, tapi itulah kebiasaan Ray, kalau hari sudah malam, ia lebih meilih bercerita dengan ikan ikan peliharaannya, “tadi, waktu di sekolah, gw gak sengaja ngeliat Cakka lagi ngobrol sama Keke ! buset dah tu playboy sekolah, ada aja kajahilan yang dia lakuin ke cewek cewek di sekolah…” ujar Ray mulai bercerita ngelantur kesana kemari, dan saat dia sedang asik beicara sendiri, tiba tiba terdengar pintu kamar diketuk, “Ray ! ini gw Shilla…” ujar Shilla dari luar kamar Ray, “iye, masuk aje” jawab Ray sambil tetap melihat kearah kolam ikan, “lo lagi ngapain” tanya Shilla saat ia sudah masuk, “kira kira ?”
“hhu… di tanyain malah nanya balik”
“hha, oh iya tumben ke kamar gw ? ada apa nih ?”
“jangan ke pedean yah, gw cuma mau nanya sama lo, si Oji gak pernah kesini lagi, dia dah kapok yah ?”
“hha hha hha ! ada angin apa nih, tumben kakak gw yang cantik ini nanyain si Ozy ? kangen neng ?”
“yeiy… gw kan cuma nanyain doang ? gak boleh gitu ?”
“hm, oke oke, gw kasih tau yah, si Ozy itu udah dapet gebetan baru, lagi pula kemaren kemaren dia itu kesini kan cuma ngejailin lo aja, plus mau maen sama gw, lagian lo tuh suka juteknya minta ampun kalo ngeliat dia! Hha… padahal dia sebenernya gak ada fell apa apa dengan lo” cerita Ray panjang sambil sesekali tertawa,
“oh, bagus deh” jawab Shilla cuek dan singkat,
“hm, udah ? gitu aja ?”
“apaan sih lo ?”
“yah, kiarain masih ada yang mau lo tanyain gitu tuan putri…” ujar Ray ngeledek,
“udah ah, capek ngomong sama lo, bisanya bikin gw naik darah aja!”
“oh ya ? perasaan lo duluan deh yang masuk kesini ?”
“iiih !! Ray, awas lo yah !” ujar Shilla geram dan pergi dari kamar Ray, sedangkan Ray hanya terkikik melihat tingkah Shilla barusan, “aneh banget sih ? wajar aja di julukin mak lampir disekolah ?” ucap Ray menertawai kakaknya, sambil lanjut ngobrol lagi dengan ikan ikan peliharaannya, ada ada aja Ray!
***
          Dirumah setelah makan malam Ify lalu duduk dikursi piano putih yanga ada di ruang keluarga dirumahnya, lalu ia memainkan lagu bunda, lagu yang tadi siang terasa sangat indah saat ia mendengarkan Rio menyanyikannya, tapi karena Ify masih ingin menghayati lagu lawas itu, ia sama sekali tidak bernyanyi, melainkan hanya membiarkan jemari lentiknya menari nari diatas tuts piano, “kak ?” tegur Acha mendatangi Ify dan ikut duduk dikursi yang sama, “iya Cha ?” jawab Ify reflek menghentikan permaina  pianonya, “aku tadi liat kakak masuk keruang musik, gak lama setelah kak Rio masuk…” ucap Acha pelan, dan tentu saja hal itu membuat Ify kaget, “oh ya ?” tanya Ify mencoba menanggapinya dengan biasa, “kakak ngapain tadi ?” tanya Acha dengan tatapan curiga dan ingin tau, “yah, aku maen piano Cha, dan Rio kebetulan waktu aku dateng lagi main gitar, dan juga ruangan kita kan beda” jawab Ify lagi, tapi dia tidak menceritakan semuanya,
“kak Rio itu adiknya kak Iyel kan ka ? yang suka main kesini ?”
“iya Cha, kenapa ? tumben kamu nanyain mereka ?”
“ah, gak kak, gak apa apa kok” ujar Acha sambil menggelengkan kepalanya, lalu meminta Ify untuk kembali melanjutkan permainan piano-nya, sedangkan dia hanya mendengarkan suara merdu alunan piano itu, ‘pengen sih tanya tentang kak Iyel ke kak Ify, tapi apa kak Ify tau yah kalo kak Iyel itu kerja di café ??’ gumam Acha dalam hati saat melihat permainan piano Ify.
***
          Saat ini Rio berjalan turun dari kamarnya menuju dapur, entah kenapa dia merasa lapar saat ini, ternyata saat tiba didapur, masih ada mamanya disana, lalu ia berhenti melangkah sejenak, entah kenapa sejak kejadian 1 bulan lalu, ia merasa seperti kehilangan semangatnya, “mama ? lagi ngapain ma ?” tanya Rio pada mamanya, “Rio, kamu belum tidur sayang ? ini mama lagi buat pudding, karena Keke tadi minta di buatin, yah jadi mama pikir sekalian mama buatin untuk bekal kalian kesekolah besok ? kamu sukan kan ?” jawab mama dengan senyuman yang tak pernah lepas dari bibirnya,  “ma, terima kasih ya ma…” ujar Rio tiba tiba dan mendaratkan kecupan sayang di kening mananya, “loh ? ada apa dengan kamu sayang ? kok tiba tiba jadi aneh ?” tanya mamanya heran, “gak apa apa kok ma, ya udah Iyo ke kamar yah ma, goodnite ma” jawab Rio lalu pamit menuju kamarnya sambil membawa segelas susu coklat dan sebungkus roti, “huh, anak anak, ada ada aja tingkahnya” ujar mama sambil tersenyum.
***
          Cakka berjalan masuk ke ruangan Osis, dia ingat bahwa kemarin ia meninggalkan bukunya di ruangan itu, ternyata saat ia masuk, ia melihat Kiki disana, “hey bro ! ngapain lo ?” tegur Cakka pada kakak kelasnya itu, sekaligus rekan sesama anggota Osis, “eh, elo Cak ?” tanya Kiki kaget, “cak cak cak cak, emang gw cicak ?” jawab Cakka sewot karena dipanggil ‘cak’ barusan oleh Kiki,
“hhe, sorry! gw lagi suntuk aja sih, jadi gw milih buat ngadem disini, sekalian baca baca buku untuk kuis selanjutnya”
“oh, kirain lo lagi ngapain”
“nah lo sendiri, ngapain kesini ?”
“gw ? ini mau ngambil buku gw yang ketinggalan kemaren”
“oh…”
“ya udah deh, gw duluan yah ki !”
“oke” jawab Kiki singkat saat Cakka pergi keluar dari ruang Osis.
#di kelas 2B.Ipa
          Obiet saat ini sedang menulis nulis beberapa rumus kimia di kertas catatannya, sedangkan Alvin yang ada di sebelahnya sibuk menghapal rumus rumus kimia, melihat kedua temannya itu sedang serius seriusnya belajar, Rio jadi merasa gak konsen ngebaca komik sendirian (aduh Rio baca komik aja pake konsen segala), “eh, kalian rajin amat! lagi jam istirahat gini masih aja belajar ?” tanya Rio pada keduanya, “iya deh, yang udah pinter” jawab Alvin sambil tetap memandangi rumus rumus kimia dibukunya, “Biet, lo ajarin gw donk, itu tuh yang bab 3 gw masih belum terlalu ngerti” kali ini Rio mengajak Obiet berbicara, “yaelah Yo ? kirain lo mau ngegodain kita kita buat gak belajar tadi ?” jawab Obiet sambil nyengir, “hha, setuju biet !” celetuk Alvin nyamber, “hhe, sebenernya sih iya, tapi gak jadi deh” jawab Rio sambil garuk garuk kelapa gak jelas, dan akhirnya merekapun belajar bersama.
          Sedangkan di waktu yang bersamaan Ozy malah lagi sibuk senam jempol di keypad hape miliknya, bermain game sambil duduk manis di kelas dan ngedengerin si Cakka lagi asik nyanyi nyanyi lagu dalam bahasa Jepang, “eh Ji ! bagus gak nyanyi gw barusan ? hhe, lo pasti gak ngerti kan artinya ?” tegur Cakka sambil menyikut lengan Ozy, “iya, bagus kok ‘Ka, bagus banget malah, tapi sayangnya gw gak ngerti bahasanya, gila ja lo nanyain bahasa planet ke gw ?” jawab Ozy dengan tampang gak bersalahnya,
“buset dah ni temen gw 1 ini ? bahasa Jepang dibilang bahasa planet ?”
“hhe, iya gw tau kok itu bahasa Jepang, tapi gw ulangin yah, gw kagak ngarti lo barusan nyanyiin lagu apa!”
“oke oke gw tau kok, tapi lo mengakui kan kalo suara gw bagus ? hhe, terima kasih banget Ji! elo itu emang best friend gw dah Ji !”
“hhe,, iya iya” jawab Ozy ngalah, hha! dari pada berdebat panjang dengan sahabatnya itu ? bisa bisa game over dah ! oopsz, maksudnya game yang lagi di maenin Ozy yang game over.
***
          Iyel sedang bersiap untuk bernyanyi di café tempat ia bekerja, dan di waktu yang bersamaan, Iyel melihat Shilla dan Kiki yang baru saja masuk ke café itu, ia baru ingat, kalau di sekolah tadi Ify sempat menawarkan untuk ikut makan malam diluar bersama malam ini, tapi yang Iyel pertanyakan, kenapa harus ke café tempat ia bekerja ? dan bagaimana caranya dia bisa gak ketahuan dari teman temannya ? secara Iyel berada di tempat yang paling strategis disana, dimana seluruh mata bisa melihatnya, dan beberapa saat kemudian Ify pun datang menyusul Kiki dan Shilla, melihat Ify yang baru datang, Iyel makin serba salah, padahal ia harus segera mulai bernyanyi, “kupejamkan mata ini mencoba tuk melukapan segala kenangan indah tentang dirimu tentang mimpiku…” Iyel mulai bernyanyi, ia menundukan kepalanya dalam dalam, di balik standing mic yang ia gunakan, berharap ketiga teman sekolahnya itu tidak mengenalinya, atau bahkan tak melihat kearahnya sama sekali, “eh, kok gw kayak kenal sih suara yang nyanyi ?” celetuk Shilla sambil memasang telinganya, “masa sih Shil ? lo punya temen disini ?” tanya Ify pada Shilla, sedangkan Kiki hanya diam dan berusaha mendengarkan suara itu, “iya yah ? kaya kenal” ujar Kiki menyetujui perkataan Shilla, “masa sih ?” kali ini Ify berusaha ikut menajamkan pendengarannya, “…seperti diriku yang selalu merindukanmu, selalu merindukanmu…” Iyel menyelesaikan lagunya, dan di saat yang bersamaan, Kiki, Shilla, serta Ify kompak menyebutkan 1 kata yang sama, “Iyel !” ujar mereka kompak dengan jawaban yang seragam, dan saat itu juga mereka melihat kearah panggung, namun tak ada seorang penyanyi disana, yang ada hanya pemain band, ”kalian sependapat sama gw ?” tanya Shilla pada Ify dan kiki, “iya gw ngerasa itu kaya suara Iyel, Shill” jawab Ify meyankinkan lagi perkataanya, sedangkan Kiki hanya berdiam diri, rasanya cukup mustahil jika tebakan mereka bisa kompak dan bersamaan menyebutkan Iyel, tapi ternyata itu bukan Iyel, ‘apa mungkin Iyel memang ada disini ?’ ujar Kiki membatin.
          Sedangkan di belakang panggung kecil itu, Iyel duduk dengan perasaan was was, ia sangat takut jika ketiga temannya itu sampai melihatnya disini, dan setelah beberapa menit kemudian, dia kembali bersiap untuk bernyanyi.

^_^ BERSAMBUNG ^_^

Komentar

  1. Aaaa!!! kasian sama Rio-nya.. aku sempet berhenti baca pas dia nyanyi Bunda. =')

    apalagi yang dia berdiri ditengah guyuran ujan itu!! sudah kuputuskan! (sejak awal sih) aku yakin! karakter favorit aku tetep! Rio!!! hwaa....

    Trus.. apalagi yah? yaa.. semoga kiki,ify,ama shilla tau deh.. klo iel kerja disitu!(lho?) iya! soalnya capek main sembunyi-sembunyi itu! hehe.. (ng'sok banget dah sayaa..)

    Lanjutin kakk!!!
    #Dare to be RISE!!! ^o^9

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jori King - Love At First Sight Lyrics + DL

(x2)  She got me feelin like  Uh uh oh whoa oh  Uh uh oh whoa oh oh yeah  *Beginning Chorus*  And I never felt this way before  And I wanna give you all my world cuz  You you make me believe in love at first sight  And I do, yes I do, I-I do, yes I do  You you make me believe in love at first sight  And I do, yes I do, I-I do, yes I do  *Verse 1*  Girl you make me believe in things I've never seen  And it's a trip to me how she got me feelin weak  I just don't understand I was the type of man  That could care one less about a girl yet here I am  I don't know what to say think bout everyday  I must admit that I hate whenever you're away  I don't know what to do cuz when I think of you  Somethin happens to me babe  *Pre-Hook*  Oh pretty girl I really don't think that you know  How strong or deep my love for you can go  I never thought it could happen to me  But baby girl I'm starting to believe  Believe in love at first sight  And girl I love that it's

[Review] Sebongkah Kerinduan

Hai 2015. Hai para penjelajah blog, kali ini saya kembali dan ingin mencoba untuk menulis sebuah review buku, karena sebelumnya saya belum pernah menulis review buku, jadi saya akan mencobanya dengan menulis tentang buku saya sendiri, mungkin kalian akan berfikir saya melakukan ini dengan sedikit tujuan seperti promosi atau mungkin membanggakan karya saya sendiri, tapi kalau anda meneruskan membaca review ini, saya yakin anda pasti akan berfikir sebaliknya, jadi …. Bagaimana kalau kita mulai sekarang ? Judul : Sebongkah Kerinduan Penulis : Tsanamilta Amirah Penerbit : Mozaik Indonesia Cetakan Pertama : 2013 Oke, untuk kalian ketahui, sebenarnya saya sudah menyelesaikan novel ini 2 tahun sebelumnya, dan novel pertama saya ini sebenarnya adalah naskah ke dua yang saya kirimkan pada pihak penerbit yang sama, [jangan tanya kemana naskah pertama saya saat ini karena kalaupun naskah itu rilis atau dibukukan, pasti orang orang akan mengira saya melakukan plagiat te

tentang aku (dan buku harian ku)

aku dan diaryku mungkin di dunia ini semua orang memiliki buku harian sebuah agenda yang nyaris berisikan tentang keluh kesah yang keseluruhan isinya hampir bersifat sangat pribadi dari kegiatan kita sehari hari dan … dan biasanya tak satupun orang yang kita izinkan yang kita beri kesempatan untuk membacanya tapi tidak dengan diriku aku bukanlah orang yang mahir membuat sebuah tulisan yang menceritakan kegiatan kita seharian penuh, sesaat sebelum kita tidur dan sebelum selimut hangat mengantarkan kita kebunga mimpi jika kalian ingin tau, diaryku bukanlah seperti bukan seperti diary pada umumnya melainkan sebuah rangkaian kata kata yang mungkin jika seseorang membacanya akan terlihat dan terkesan seperti lembaran lembaran puisi, ya memang! jika kau ingin mengetahui buku harianku, hampir semuanya bahkan tiap lembarnya nyaris beruba tulisan puisi Jadi, aku dan diaryku hingga sekarang tak pernah berpisah, meskipun kadang harus terganti, tapi tetap saja akan terjaga kenapa ? karena hanya